Author (FB & Twitter): Aiko (FB : https://www.facebook.com/faqih.icueth & Twitter : @nengicueth)
Title :Another Destiny (YongShin Couple)
Genre : Sad, Romance
Main Cast : Jung Yong Hwa (CNBLUE), Park Shin Hye
Other Cast : Choi Yuki (OC), Park Ki So (OC), Choi Young (OC), Kiyomizu Aiko (OC)
Disclaimer : This Fan fiction is original story of mine. The cast belongs to themselves. So, Don’t bash me !
=0o0=
@PenerbitQanita. Deru laju kapal memecah ombak lautan menyisakan buih yang berwarna putih. Angin bertiup cukup kencang karena musim gugur yang baru saja datang. Beberapa penumpang beranjak masuk ke dalam menghindari terpaan angin laut yang sangat kencang, tapi tidak dengan seorang gadis bertubuh mungil itu. Dia memilih untuk tetap berada di luar menikmati lautan luas yang terpampang dengan indah di hadapannya tanpa memperdulikan tiupan angin yang membuat tubuhnya kedinginan.
Tatapannya terpaku pada sosok pria berambut hitam yang tengah bertumpu pada pagar pembatas kapal, pria itu mencondongkan tubuhnya ke luar kapal membuat tubuhnya hampir setengah berada di luar kapal. Matanya terpejam dengan rambut yang terus berkibar karena terpaan angin laut. Kulitnya yang berwarna putih semakin terlihat berkilau terkena terpaan sinar matahari. Wajahnya terlihat begitu sedih dan putus asa membuat siapa saja yang melihatnya akan berpikir kalau dia berniat mengakhiri hidupnya.
Tapi apa itu? Air mata? Pria itu menangis?, Shin Hye mengerutkan keningnya dan berjalan mendekat tapi langkahnya terhenti ketika pria itu tiba-tiba berbalik menghadapnya. Pria itu segera mengusap air mata yang menetes di wajahnya, dan kini menatap Shin Hye tajam, tatapan ketidaksukaan yang terpancar jelas dari matanya.
“Shin Hye agashi di luar sangat dingin, sebaiknya anda masuk. Sebentar lagi kita akan sampai di Korea.” Shin Hye berbalik ke sumber suara melihat seorang pria berpakaian hitam yang selama ini menjadi pengawasnya. Matanya kembali berpaling mencari sosok pria yang tadi di lihatnya bertumpu pada pembatas kapal. Hilang… Pria itu hilang tak berbekas, apa itu hanya banyangannya saja? hasil imajinasi liar di alam bawah sadarnya yang di biarkan berkembang bebas? Tidak… kali ini itu terlihat nyata, bukan imajinasi.
“Shin Hye agasshi, anda baik-baik saja?” Suara itu kembali membuyarkan lamunannya, membuatnya yang tadi sempat terlena di bawah alam sadarnya tersadar dan kembali ke dunia nyata.
“Ne ahjussi,” Shin Hye berjalan mengikuti Choi Young yang sudah berjalan mendahuluinya. “Ahjussiapakah ayah angkatku akan tinggal bersamaku nanti.”
“Tentu saja agasshi, tapi saat ini tuan Park sedang berada di luar negeri dalam perjalanan bisnisnya, jadi beliau tidak bisa datang cepat tapi beliau menitipkan pesan agar anda belajar dengan rajin karena beliau akan segera pulang begitu urusannya selesai.”
Shin Hye menghela napas mendengar penjelasan Choi Young yang selalu sama setiap kali dia bertanya tentang ayah angkatnya itu. Shin Hye memang di adopsi dari sebuah panti asuhan di Jepang oleh keluarga Park tepatnya Park Ki So yang merupakan ayah angkatnya. Tidak banyak yang Shin Hye tahu tentang pria itu kecuali dia adalah orang yang telah memberikannya kehidupan baru dalam hidupnya. Sejak proses pengadopsian terjadi Shin Hye belum sekalipun bertemu dengan ayah angkatnya karena semua proses adospi diserahkan sepenuhnya pada Choi Young, asisten pribadi Park Ki So. Shin Hye hanya pernah melihat fotonya yang terpampang besar di ruang keluarga rumahnya di Jepang tanpa pernah bertemu langsung dengannya.
”Agasshi… percayalah tuan Park ingin menemui anda hanya saja dia benar-benar tidak bisa menunda pertemuan bisnis kali ini. Anda jangan sedih karena sebentar lagi anda akan tinggal bersama tuan.” Choi Young berucap lembut seolah tahu apa yang saat ini sedang di pikirkan Shin Hye.
“Gwenchana ahjusshi, aku mengerti tapi bolehkah aku menitipkan sesuatu untuk appa?” Choi Young mengangguk, Shin Hye membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah kotak yang terbungkus rapi dengan kertas kado dan menyerahkannya pada Choi Young. “Maukah ahjusshi memberikan ini untuk appa? Aku membuatnya sendiri, ini sweter untuk appa agar tidak sakit karena angin musim gugur.”
“Tentu agasshi saya akan memberikannya pada tuan saat saya menemui beliau nanti. Sebaiknya anda bersiap-siap, kita sudah hampir sampai.”
“Ne ahjussi gumawo.”
=0o0=
@PenerbitQanita. Shin Hye menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi dengan cat berwarna putih yang sepenuhnya mendominasi tempat itu, sebuah bangunan modern yang sangat berbeda dengan bangunan tempatnya kuliah dulu di Jepang. Iya… dia memang sempat menimba ilmu di Universitas Tokyo, sebuah universitas yang sempat dinobatkan menjadi universitas nomor satu di Asia dan dianggap sebagai Harvad-nya Jepang, tapi sekarang di sinilah dia berada. Seoul National University, sebuah universitas terkenal di Korea Selatan.
Shin Hye melangkahkan kakinya perlahan ke dalam gedung itu, menatap takjub bangunan gedung yang terlihat begitu megah dan indah dihadapannya. Sangat berbeda dengan Universitas Tokyo tempatnya dulu, dimana bangunannya lebih terlihat klasik dan unik. Shin Hye merindukan semua itu tapi keinginannya untuk tinggal bersama ayah angkatnya membuatnya memilih untuk menerima tawarannya pindah ke Korea. Shin Hye berbalik dan ‘bug’ buku-buku yang di bawanya berjatuhan ke lantai berwarna putih bersih itu.
“Gomen ne.” Shin Hye membungkuk merapikan buku-bukunya yang berserakan di lantai marmer dan mendongak ketika menyadari seseorang yang menabraknya hanya berdiri dengan angkuh di depannya tanpa berniat membantunya merapikan buku-bukunya yang berserakan dilantai.
“Lain kali kalau jalan lihat-lihat… dasar kampungan.” Pria itu berjalan meninggalkan Shin Hye yang menatap kepergiannya dengan tatapan kaget. Shin Hye menepuk pipinya, berusaha menyadarkan diri bahwa apa yang dilihatnya memang kenyataan bukan imajinasinya. Pria itu… Pria yang sebelumnya dilihatnya di kapal memang adalah kenyataan bukan sebuah imajinasi dan sekarang pria itu ada di tempat yang sama dengannya.
Shin Hye memasuki kelas pertamanya dan kali ini dia bertemu pria itu lagi, pria yang sebelumnya ditemuinya di kapal dan di luar tadi. Tatapannya selalu mengarah pada pria itu, melihat lebih detail wajahnya untuk lebih meyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya kini bukan hanya ilusi yang akan menghilang perlahan-lahan seiring berjalannya waktu.
“Apa yang kau lihat eoh?” Shin Hye mendongak saat menyadari pria itu kini sudah berada di depannya menatapnya dengan tatapan tidak sukanya. “Kenapa kamu terus memperhatikanku dari tadi?”
“I… Itu…” Shin Hye tergagap, bingung tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dia melakukan itu untuk menyakinkan diri pernah bertemu pria itu sebelumnya.
“Dengar ya, aku tidak suka kamu melihatku seperti itu. Aku bosan dengan gadis-gadis seperti kalian yang hanya melihat seorang pria dari penampilan dan hartanya. Jadi jangan ulangi apa yang kamu lakukan sebelum aku marah padamu, arra.” Pria itu berjalan meninggalkan Shin Hye yang tengah terpaku diam di tempatnya setelah mendengar perkataannya.
“Lupakan saja… dia memang seperti itu. Namanya Jung Yong Hwa, dia dingin pada semua orang jadi jangan ambil hati sikapnya itu,” Shin Hye berbalik dan menatap gadis di sampingnya yang tengah tersenyum padanya. “Kenalkan namaku Aiko… Kiyomizu Aiko Bhanggapseumnida.” Ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
“Ah ne, Park Shin Hye imnida.” Shin Hye mengenalkan diri sambil meraih uluran tangan Aiko.
“Kamu mahasiswa baru ya? Aku baru melihatmu.”
“Ne aku memang mahasiswa baru.”
“Mau makan siang bersama? Kantin disini terkenal dengan makanannya yang enak.”
Shin Hye tersenyum mendengar tawaran Aiko. Teman pertama yang di dapatkannya sejak pindah ke Korea. “Mungkin lain kali saja, aku masih kenyang.” Tolaknya halus.
“Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ne, senang bertemu denganmu.” Aiko bangun dari kursinya dan berjalan meninggal ruang perkuliahan yang kini hanya menyisakan Shin Hye seorang diri. Shin Hye merapikan bukunya dan berjalan keluar kelas menuju atap gedung yang merupakan tempat favoritnya selama ini.
Shin Hye mengedarkan pandangannya, melihat pemandangan kota Seoul yang terlihat jelas melalui atap gedung yang dibiarkan terbuka. Menghirup udara sesuka hatinya kemudian menghembuskannya melalui mulutnya, hal itu yang dilakukannya berulang kali.
“Haaaaaaaaaaaaiiiiiii, apa kalian mendengarku?” Teriak Shin Hye pada orang-orang yang berjalan di bawahnya. “Haaaaaaaaaaaaiiiiiii” Ulangnya dengan suara yang lebih kencang.
“Yya gadis kampungan,” Sebuah suara mengagetkan Shin Hye yang membuatnya berbalik menghadap sumber suara. “Suara jelekmu itu membuat gendang telingaku hampir pecah.” Ujarnya sambil menutup telinga dengan kedua tangannya. “Mau apa kamu disini eoh? Kenapa kamu selalu saja ada dimana ada aku, kamu mengikutiku ya?”
“Mengikutimu? Aku?” Shin Hye menunjuk dirinya kemudian tertawa melihat pria di depannya itu. Pria dengan tingkat percaya diri yang luar biasa tinggi. “Untuk apa aku mengikuti pria sepertimu? benar-benar tidak ada untungnya buatku.”
“Jangan berpura-pura bodoh seperti itu aku tahu kamu mengikutiku kan?”
“Aish percuma saja bicara dengan orang sepertimu, dasar ti__” Shin Hye mendengus ketika menyadari bau aneh yang menusuk hidungnya. “Bau apa ini?” Ujarnya sambil berusaha menajamkan penciumannya berusaha mengenali bau tersebut. “Aigoo kebakaraaann… kebakaraaaann… asap… asap… kebakaraaaann.” Teriaknya terlihat panik karena melihat asap dari balik tembok tempat Yong Hwa keluar.
“Yya, gadis bodoh jangan berteriak.” Yong Hwa menangkap tubuh Shin Hye dan membekap mulut Shin Hye agar berhenti berteriak. “Kalau kau berteriak orang-orang akan datang kesini.”
“Ta… tapi itu ada asap, kebakaran…” Ujar Shin Hy setelah Yong Hwa melepaskan tangan dari mulutnya.
“Itu bukan kebakaran hanya asap, itu asap rokok bodoh.”
“Mwo? Rokok?” Shin Hye melepaskan tangan Yong Hwa yang memegang pundaknya dan menatap Yong Hwa yang terlihat begitu santai dengan ucapannya barusan.
“Wae? Jangan bilang kamu heran.” Ujar Yong Hwa sinis. “Kau tahu… Kau bukan orang pertama yang heran seperti itu.” Yong Hwa berjalan meninggalkan Shin Hye dan kembali ke tempat sebelumnya, mengambil rokok yang tadi ditinggalkannya dan menghisapnya pelan. Shin Hye menatapnya kesal dan langsung merampas rokok yang masih berada di mulut Yong Hwa dan menginjaknya.
“Yya!! Apa-apa kamu?” Yong Hwa bangun, menatap tajam pada Shin Hye yang kini sedang menginjak rokok itu dengan kakinya. “Itu rokokku bukan rokokmu.”
“Aku tidak suka melihat pria merokok, kamu tidak tahu asapnya itu aku hirup juga dan bahaya asap rokok itu tidak baik untuk kesehatan. Kamu mau mati muda eoh?”
“Itu bukan urusanmu,” Yong Hwa kembali duduk dan mengeluarkan kotak rokok yang berada di sakunya tapi dengan cepat di sambar Shin Hye dan dilemparkannya ke bawah gedung.
“Yya apa yang kau lakukan?” Yong menatap Shin Hye kesal karena apa yang baru saja dilakukannya. “Kamu pikir kamu siapa eoh? Aku tidak mengenalmu dan aku tidak suka urusan pribadiku di campuri gadis kampungan sepertimu.”
“Karena kamu belum mengenalku jadi aku akan memperkenalkan diri. Namaku Shin Hye… Park Shin Hye.” Shin Hye mengulurkan tangannya pada Yong Hwa yang justru menatapnya tidak suka.
“Memangnya aku perduli namamu siapa.” Yong Hwa berjalan meninggalkan Shin Hye tapi dengan cepat Shin Hye berlari menghadangnya di pintu masuk atap gedung. “Wae? Apa lagi yang kamu inginkaneoh?”
“Aku ingin menjadi temanmu jadi mulai sekarang kamu harus mengingat namaku agar kamu bisa memanggilku nanti Yong Hwa.”
Yong Hwa mengerutkan keingnya, bagaimana mungkin gadis bodoh ini berbicara seperti itu?. “Jangan heran kenapa aku tahu namamu, kamu kan terkenal di kampus ini. Walaupun terkenal karena sikap dinginmu itu. Aku memutuskan mulai sekarang akan menjadi temanmu dan kamu tidak boleh menolak arra”
“Terserah padamu,” Yong Hwa menyingkirkan tubuh Shin Hye yang menutupi jalan keluar. “Kamu mau kemana?” Tanya Shin Hye.
“Pulang.” Jawab Yong Hwa ketus tanpa melihat Shin Hye yang tengah berpikir dengan apa yang di dengarnya. “Pulang? Tapi kan masih ada kuliah.”
“Memangnya apa peduliku.”
=0o0=
@PenerbitQanita .“Yya, apa-apa ini? Untuk apa kamu mengikutiku sampai ke rumahku?” Yong Hwa menatap tajam pada Shin Hye yang kini sudah membaringkan tubuhnya di sofa rumah itu.
“Rumahmu bagus dan nyaman ya? Apa kamu tinggal sendirian?” Tanyanya.
“Aku sudah bilang urusan pribadiku bukan urusanmu jadi jangan ikut campur.”
“Aku kan sudah bilang kalau aku akan menjadi temanmu jadi aku ingin tahu semua tentangmu.” Shin Hye menegakkan tubuhnya dan menatap Yong Hwa. “Tidak perlu bercerita tentang hal-hal yang membuatmu sedih. Kau tahu aku juga hanya anak adopsi bukan anak kadung dari orang yang kaya, orang tuaku bahkan tega membuangku begitu saja di panti asuhan. Aku berpikir mereka tidak menyayangiku tapi setelah aku pikir-pikir kalau mereka tidak menyayangiku mereka pasti sudah membunuhku, iya kan?” Shin Hye tersenyum mengenang masa lalunya. “Kau tahu hal itu justru membuatku kuat menatap masa depanku. Aku ingin jadi lebih baik lagi, membuat orang-orang yang menyayangiku bahagia karena kehadiranku.”
“Apa maksud ucapanmu itu eoh?” Yong Hwa bersedekap kesal menatap Shin Hye yang menyerocos terus tanpa henti sejak kedatanganya. “Aku tidak butuh konsultasi kepribadian gratis dari gadis bodoh sepertimu. Sudah pulang sana, aku mau istirahat.”
“Kamu harus mengantarku, aku tidak tahu jalan pulang.”
“Aigoo kapan kamu berhenti merepotkanku eoh?” Tanya Yong Hwa kesal. “Kamu telpon saja taksi dan berikan alamatmu padanya beres kan.”
“Kalau begitu pinjami aku uang, aku tidak punya uang.” Shin Hye mengulurkan tangannya kearah Yong Hwa. “Aku juga tidak punya uang.” Yong Hwa menggeruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Aigoo bagaimana mungkin pria tampan dan kaya sepertimu tidak mempunyai uang?” Shin Hye menggelengkan kepalanya. “Ayo cepat antarkan aku pulang. Aku harus bertemu appa hari ini beliau pulang,palli.” Yong Hwa merungut kesal karena tidak bisa menolak perintah Shin Hye yang menurutnya selalu bersikap seenaknya sendiri.
“arra… arra… tidak perlu mendorongku seperti itu aku bisa jalan sendiri.”
=0o0=
@PenerbitQanita. “Jadi ini rumahmu?” Yong Hwa menatap rumah besar berwarna biru itu.
“Ne, karena kamu sudah tahu rumahku jadi mulai besok kamu harus menjemputku setiap pagi untuk berangkat ke kampus arra.” Shin Hye membuka gerbang rumahnya dan berjalan masuk meninggalkan Yong Hwa yang masih terpaku ditempatnya.
“Yya aku tidak mau menjemputmu kau dengar itu.” Teriak Yong Hwa karena Shin Hye sudah semakin menjauh pergi. “Aish gadis bodoh itu, kenapa selalu seenaknya sendiri sih?” Yong Hwa berbalik berjalan meninggalkan rumah Shin Hye dengan senyum mengembang di wajah tampannya.
“Appaaaaa…” Shin Hye berlari mendekat ketika melihat sosok Park Ki So yang selama ini sangat dirindukannya. “Aku merindukanmu appa.” ujarnya sambil memeluk Ki So erat.
“Appa juga merindukanmu.” Ki So melepaskan pelukan Shin Hye dan tersenyum melihat Shin Hye yang kini terlihat begitu bahagia. “Jadi bagaimana kuliahmu? Apa semua baik-baik saja? Apa kamu sudah mendapatkan teman baru?”
“Kuliahku baik, semuanya baik appa dan aku juga sudah mempunyai teman, dua malah.” Ujar Shin hye sambil mengajungkan jarinya menunjukkan angka dua. “Dan mulai besok dia akan mejemputku untuk ke kampus.”
“Waah anak appa memang hebat, appa tidak pernah meragukanmu dalam mendapatkan teman.”
“Apa appa sudah menerima hadiahku?” Ki So mengangguk membuat Shin Hye tersenyum senang. “Apa appa akan tinggal bersamaku mulai sekarang?”
“Tentu saja, appa akan tinggal bersamamu disini. Hanya kamu satu-satunya yang appa punya jadi appaakan disini bersamamu.”
Shin Hye memeluk Ki So bahagia. “Gumawo appa.”
“Sudah… sudah sebaiknya kamu istirahat saja ini sudah malam lagipula masih banyak waktu untuk kita bersama.”
“Baiklah aku tidur dulu appa, tapi appa juga tidur ne.”
“Ne tuan putri.”
Setelah membersihkan diri sebelum tidur Shin Hye merebahkan tubuhnya di ranjang kamarnya dengan senyum riang di wajahnya. Hari ini lengkap sudah kebahagiaannya appa-nya akan tinggal bersamanya dan dia juga sudah mempunyai teman di tempat barunya.
“Ah Yong Hwa… apa besok dia menjemputku ya?” Ucapnya ketika tiba-tiba teringat Yong Hwa. “Tapi kalau dia tidak menjemputku aku tidak akan memaafkannya, akan aku beri dia pelajaran biar tahu rasa dia. Sebaiknya aku tidur dulu.” Ujarnya seraya menutup tubuhnya dengan selimut.
=0o0=
@PenerbitQanita. Matahari bersinar cukup terang pagi itu menggantikan sang rembulan menemani bumi. Shin Hye menggeliatkan tubuhnya ketika jam weker yang berisik membangunkannya dari tidur panjangnya semalam. Dengan cepat dia berjalan ke kamar mandi dan bersiap-siap ke kampusnya.
“Kau sudah siap rupanya,” Ujar Ki So saat melihat Shin Hye turun dari lantai dua kamarnya. “Kajjasarapan bersama.”
“Ne appa,” Shin Hye menarik kursi dan duduk di samping Ki So. “Kenapa appa berpakaian seperti itu?Appa tidak ke kantor?”
“Ani, hari ini appa sedang ngin di rumah saja.”
“Kalau begitu aku tidak usah ke kampus saja ne, aku ingin menemani appa disini.”
“Kamu harus ke kampus chagi, lagi pula appa punya beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan tapi itu bisa appa selesaikan dirumah karena itu appa tidak ke kantor hari ini.”
“Baiklah tapi appa harus berisrahat juga dan jaga kesehatan appa baik-baik ne.”
“Tentu tuan putri, cepat habiskan makanannya kasihan temanmu nanti menunggu lama. Bukankah kamu bilang dia kan menjemputmu?”
“ah iya, baiklah aku pergi dulu appa.” Shin Hye mencium pipi Ki So dan berlari membuka pintu ketika mendengar suara bel.
“Kau datang juga, kajja,” Shin Hye menggandeng tangan Yong Hwa selama berjalan membuat Yong Hwa menjadi risih. “Wae? Jangan heran begitu seharusnya kamu bersyukur aku mau jalan bersama denganmu.”
“Dasar gadis gila.” Umpatnya saat Shin Hye bahkan mengeratkan genggamannya di tangan Yong Hwa. Yong Hwa diam-diam tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari Shin Hye yang memang sudah disukainya sejak pertama bertemu di kapal.
“Karena hari ini kita tidak ada kelas bersama kamu harus tetap menungguku pulang arra, dan jangan merokok di atap gedung lagi.”
“Memangnya kamu siapa berani mengatur-ngaturku seperti itu?”
“Tentu saja karena aku akan menjadi yeojachingu-mu sebentar lagi.”
“Percaya diri sekali kamu.” Sinis Yong Hwa.
Shin Hye berhenti dan menatap Yong Hwa yang terlihat kebingungan. “Apa kamu percaya cinta pada pandangan pertama? Love at first sight.”
“Memangnya kenapa? Aku tidak percaya karena semua itu hanya melihat fisik semata.”
“Cinta pada pandangan pertama tidak selamanya hanya berorientasi pada fisik seseorang, tapi lebih kepada hatimu. Hatimu yang akan memilih pada siapa dia akan berlabuh tanpa melihat peampilan fisikmu. Dan sekarang aku bertemu denganmu disini, bukankah itu anugerah? Takdir Tuhan yang akan menyatukan kita berdua.”
“Apa kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu pada seorang pria?”
Shin Hye menggeleng. “Untuk apa aku malu? Aku hanya memberitahumu kalau aku menyukaimu jadi tugas akhirmu adalah mengatakan kalau kamu juga menyukaiku dan memintaku menjadi yeojacingumu. Dengan begitu tradisi yang membiasakan seorang pria mengungkapkan cintanya lebih dulu bisa kamu lakukan, bukankah aku sudah cukup baik membukakan jalan untukmu?”
“Dasar gadis gila, ak__”
“Oppa…” Sebuah suara mengagetkan Yong Hwa membuatnya berbalik menatap sosok gadis berkulit putih yang kini berada di depannya.
“Yuki-ya, ba… bagaimana kamu bisa berada disini? Bukankah kamu berada di Jepang”
“Aku memutuskan untuk mencarimu jadi mulai sekarang kita memiliki lebih banyak waktu bersama seperti dulu.” Shin Hye menatap gadis di depannya dengan tatapan heran karena wajahnya terasa begitu familir.
“Ayo ikut aku,” Yong Hwa menarik tangan gadis itu menjauh dari Shin Hye yang masih menatapnya keheranan. “Apa maksud ucapanmu itu? Aku sudah bilang aku tidak menyukaimu untuk apa kamu datang kemari?”
“Aku juga sudah bilang akan berhenti kalau oppa menunjukkan kalau oppa mencintai gadis lain seperti yang selalu oppa katakan padaku.”
“Dasar keras kepala, tidak tahu malu.”
“Untuk mendapatkan kebahagiaan bukankah kita harus mengorbankan apa saja yang kita mampu. Aku yakin oppa adalah kebahagiaanku jadi apa salahnya aku berusaha mendapatkanmu oppa.”
“Aish kalian membuat kepalaku sakit.” Yong Hwa berjalan meninggalkan Yuki yang masih menatapnya dengan senyum di wajahnya. Mereka memang sudah dijodohkan sejak dulu dan kini saat Yuki yakin akan arti kehadiran Yong Hwa dalam hidupnya dan dia tidak menyerah untuk mendapatkannya.
=0o0=
Yong Hwa menatap tajam sosok pria paruh baya yang kini berdiri di depannya. Jelas terlihat tatapan ketidaksukaan Yong Hwa pada pria itu. Pria yag telah menyia-nyiakan ibunya bahkan sampai detik-detik terakhir ibunya meninggal.
“Apa yang kamu lakukan disini?”
“Panggil aku appa,” Koreksinya. “Kamu memang tidak pernah berubah, tidak punya sopan santun sama sekali.”
“Tidak perlu bersikap sopan padamu, jadi katakan saja tujuanmu datang kemari.”
Tuan Jung tersenyum kecut melihat sifat yong Hwa yang tidak jauh berbeda dengannya, keras kepala dan pantang menyerah. berbicara dengan Yong Hwa membuatnya seperti sedang bercermin melihat sifatnya sendiri.
“Appa ingin melaksanakan pertunanganmu dengan Yuki dalam waktu dekat. Tuan dan nyonya Choi juga sudah berada di Korea untuk melakukan proses pertunangan itu.”
“Appa melakukan semua itu tanpa bertanya padaku lebih dulu?” Tanya Yong Hwa kesal. “Ini hidupku aku berhak mengatur hidupku sendiri.”
“Tapi kamu anakku jadi kamu harus mendengar apa yang aku katakan.”
“Aku tidak pernah mau mempunyai appa sepertimu, lagipula sejak appa menyia-nyiakan eomma aku sudah tidak punya appa lagi.”
“Jaga bicaramu Jung Yong Hwa.” Teriak tuan Jung.
“Wae? Tidak suka aku mengatakan hal itu? Tidak suka aku mengatakan kalau kau memang penyebab kematian eomma?” Sinis Yong Hwa. “Dengar appa sampai kapanpun aku aku tidak akan pernah menuruti keinginan orang sepertimu.”
‘Plaaaakk’
“Jaga bicaramu pada orangtuamu sendiri.”
Yong Hwa tersenyum sinis sambil memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan tuan Han. “Apa hanya ini yang bisa appa lakukan?” Tanyanya. “Kenapa tidak sekalian saja membunuhku seperti appa membunuh eomma?” Teriaknya. “Dengar ya tuan Jung yang terhormat, aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu.” Ujar Yong Hwa dan berjalan pergi keluar dengan membanting pintu rumahnya. Tuan Jung hanya bisa menatap tubuh Yong Hwa yang menghilang dibalik pintu.
=0o0=
Shin Hye menajamkan pendengarannya ketika samar-samar mendengar suara ketukan dari pintu rumahnya, diliriknya jam weker di samping tempat tidurnya yang menunjukkan sudah tengah malam. Suara ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas dan lebih sering.
“Aish siapa sih yang mengetuk pintu tengah malam begini? benar-benar tidak tahu waktu,” Gerutu Shin Hye sambil berjalan keluar kamar untuk membukakan pintu. “Apa yang ka__” Ucapan Shin Hye langsung terhenti ketika menyadari tubuhnya telah berada dalam dekapan hangat seorang pria. Shin Hye tahu siapa pria itu, Shin Hye sudah sangat menghapal aroma pria itu, aroma maskulin yang entah sejak kapan begitu di sukainya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Shin Hye berusaha melepaskan diri dari pelukan Yong Hwa saat sadar atas apa yang Yong Hwa lakukan.
“Jangan melepaskan pelukanku, biarkan seperti ini sebentar saja.” Shin Hye terdiam, nada suara Yong Hwa terdengar begitu sedih dan kecewa.
“Kita masuk dulu ne, aku akan membuatkan teh hangat untukmu.”
“Shireo, jangan pergi aku mohon,” Pinta Yong Hwa sambil kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Shin Hye.
“Aku mencintaimu, aku mencintaimu Park Shin Hye,” Shin Hye mendongakkan kepalanya menatap Yong Hwa yang masih memeluknya. “Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu di kapal. Kamu mungkin menganggapku berbohong hanya melihatmu dari fisik semata, tapi tidak… aku mencintaimu karena hatiku telah memilihmu, memilih untuk mencintaimu. Shin Hye-ya inilah ungkapan hatiku, perasaanku yang selama ini aku rasakan padamu. Aku berjanji akan menjaga, membahagiakanmu dan tidak akan pernah menyia-nyiakanmu seumur hidupku.”
Shin Hye melepaskan pelukan Yong Hwa dan menatap Yong Hwa yang terlihat begitu kacau. Entah apa yang terjadi tapi ini pertama kalinya dia melihat Yong Hwa dalam keadaan seperti ini, terlihat begitu lemah dan rapuh. “Apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja?”
“Aku mencintaimu,” Ujar Yong Hwa tanpa menggubris pertanyaan Shin Hye, diraihnya tangan Shin Hye dan menggenggamnya erat. “Aku mencintaimu… percayalah padaku. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakanmu seumur hidupku.”
“Yong__”
“Saranghae Park Shin Hye, Jeongmal Saranghaeyo.” Shin Hye menatap manik mata Yong Hwa, berusaha mencari kebohongan dari tatapan mata itu, tapi tidak… dia tidak menemukan sedikitpun kebohongan dari mata Yong Hwa. “Aku mencintaimu Shin Hye-ya, aku sangat mencintaimu.” Ujar Yong Hwa berusaha menyakinkan Shin Hye.
Shin Hye merangsek kedalam dekapan hangat Yong Hwa. “Aku juga mencintaimu Yong, aku sangat mencintaimu.” Ujarnya bahagia. Yong Hwa tersenyum dan mencium puncak kepala Shin Hye lembut, menyampaikan betapa bersyukurnya dia mendapatkan gadis itu, gadis yang tidak akan pernah disia-siakannya seumur hidupnya.
‘Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku akan menjagamu dan merawatmu, membuatmu bahagia sepanjang umurmu. Aku tidak akan mencintaimu seperti cara appa, aku akan mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku mencintaimu Park Shin Hye.” Batin Yong Hwa.
=0o0=
@PenerbitQanita. “Itu… Bukankah itu Choi Yuki? Model terkenal di Jepang.” Ujar seorang mahasiswa yang melihat Yuki tengah bersandar di samping mobil hitamnya dengan kacamata hitam bertengger manis di hidung mancungnya. “Kau Choi Yuki kan?” Tanyanya setelah berada di depan Yuki. Yuki mengangguk, membuka kacamatanya dan tersenyum melihat beberapa mahasiswa yang kini sudah mengerubunginya.
“Bolehkan kami meminta tanda tangan dan berfoto denganmu?”
“Tentu saja, silahkan.” Beberapa mahasiswa segera mendekat menanti giliran untuk berfoto bersama Yuki yang sangat ramah dan tidak henti-hentinya tersenyum pada mereka.
“Dia siapa sih?” Tanya Shin Hye saat melihat Yuki tengah dikerubungi banyak orang. “Aku seperti pernah melihatnya.”
“Dia gadis yang aku ceritakan padamu. Gadis yang dijodohkan appa dan dia model di Jepang jadi wajar saja kamu merasa pernah melihatnya saat tinggal di Jepang dulu.” Ujar Yong Hwa saat melihat Yuki yang dikerubungi mahasiswa di kampusnya. Dia bukan tidak menyukai Yuki, Yuki gadis yang baik dan tentu saja tidak akan ada pria mana pun yang menolaknya. Tapi selama ini dia hanya menganggap Yuki adiknya tidak lebih dari itu karena mereka memang tumbuh bersama.
“Dia gadis yang cantik, kenapa kamu malah tidak menyukainya?”
Yong berpaling menatap Shin Hye yang masih menatap Yuki dengan kagum. “Aku sudah bilang padamu bukan aku yan memilihmu tapi hatiku, hatiku yang memilih siapa yang akan dicintainya seperti itulah yag aku rasakan. Lagipula cinta tidak bisa dipaksakan, aku tidak bisa mencintainya disaat hatiku hanya memilihmu. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan hal itu padaku saat kamu bilang kamu menyukaiku? Lalu kenapa kamu malah menanyakan hal ini?”
“Yong, aku__”
“Sssttt,” Yong Hwa menempelkan jarinya di bibir Shin Hye untuk menyuruhnya berhenti bicara. “Jangan katakan apapun karena yang aku cintai hanya kamu.” Ujar Yong Hwa menyakinkan Shin Hye. Shin Hye mengangguk percaya dengan apa yang Yong Hwa katakan.
“Mianhae aku rasa cukup untuk saat ini, aku harus pergi.” Yuki tersenyum melihat Yong Hwa yang berdiri tidak jauh darinya. “Oppa,” Ujarnya merangkul lengan Yong Hwa manja, tanpa memperdulikan Shin Hye yang menatapnya kesal. “Ayo pergi, aku ingin jalan-jalan bersamamu.” Diliriknya Shin Hye yang terlihat kesal melihat tingkahnya.
“Aku masih ada kuliah.”
“Jangan berbohong padaku oppa, aku sudah tahu jadwal kuliahmu hari ini, kajja.” Yuki menarik tangan Yong Hwa tanpa memperdulikan Shin Hye. Beberapa mahasiswa menatap iri pada Yong Hwa yang terlihat begitu dekat dengan Yuki.
“Aku akan menyelesaikan masalah ini, jadi tunggu aku.” Ujar Yong Hwa sebelum Yuki menariknya semakin menjauh dari tempat Shin Hye berdiri.
“Oppa yang menyetir ne.” Yuki segera masuk kesamping kemudi dan membiarkan Yong Hwa duduk dibelakang kemudi mobil. Yuki menyandarkan kepalanya di bahu Yong Hwa dan sesekali memejamkan matanya, menghirup aroma maskulin pria itu sepuas hatinya. Yong Hwa menghentikan mobilnya di pinggir jalan sebuah taman di pusat kota Seoul.
“Ada yang ingin aku katakan padamu,” Ujar Yong Hwa.
“Katakan saja, aku akan mendengarnya oppa.” Jawab Yuki yang masih menyandarkan kepalanya di bahu Yong Hwa.
Yong Hwa menarik napas panjang kemudian menatap Yuki yang terlihat begitu bahagia saat bersandar padanya. “Apa yang membuatmu menerima perjodohan ini?”
“Tentu saja karena aku mencintaimu oppa. Selama ini oppa selalu bersikap baik padaku, selalu menjagaku dan menemaniku karena itu aku mencintaimu.”
“Kamu yakin dengan perasaanmu padaku saat kamu sendiri belum pernah mencoba dekat dengan pria lain?” Tanya Yong Hwa. “Aku bukan pria yang pantas untukmu, kamu pasti akan mendapatkan pria lain yang akan menjaga dan menemanimu seperti yang kamu inginkan.”
Yuki mengangkat kepalanya dan menatap Yong Hwa heran. “Apa maksud ucapanmu itu oppa?”
“Aku mencintai gadis lain Yuki, mianhae.” Lirih Yong Hwa. “Aku berharap kamu mengerti dan menerima keputusanku ini, izinkan aku untuk bahagia dengan cintaku.”
“Tapi aku juga mencintaimu oppa, kenapa oppa tidak mencoba kebahagiaan itu denganku? Aku yakin aku bisa membahagiakanmu seperti oppa membahagiakanku dulu.”
“Yuki-ya… dengarkan aku,” Yong Hwa memegang kedua pundak Yuki dan menatapnya. “Cinta itu tidak bisa dipaksakan kau tahu sendiri kan? Aku mencintai gadis lain dan aku yakin kamu akan menemukan pria lain yang lebih baik dariku.”
“Gadis yang oppa cintai apakah gadis yang aku lihat kemarin dan berdiri disampingmu tadi?”
“ne.” Yong Hwa mengangguk mengiyakan.
“Oppa, apa yang kau lihat darinya? Aku lebih cantik dan aku sudah mengenalmu lebih dulu, sedangkan dia…dia baru saja mengenalmu. Aku yakin dia bahkan tidak tahu banyak tentang oppa, apa yang oppa sukai dan tidak. Kenapa bukan aku oppa, kenapa harus dia?” Isak Yuki, air matanya turun membasahi pipinya.
“Kita tidak pernah bisa memaksakan perasaan kita Yuki-ya. Aku mencintai Shin Hye.”
“Aku tidak bisa hidup tanpamu oppa.”
“Tidak… aku tahu kamu bisa. Aku tahu kamu gadis yang kuat, kamu akan menemukan pria yang juga akan mencintaimu, pria yang lebih baik dariku. Percayalah padaku.” Yuki kembali menangis kencang membuat Yong Hwa semakin tidak tega melihatnya. “Yuki aku mohon mengertilah.”
Yuki terdiam, Yong Hwa memang benar cinta tidak bisa dipaksakan, dan dia tahu itu. tapi dia juga tidak akan bisa menemukan pria lain yang lebih baik dari Yong Hwa, dia tidak akan mencintai pria lain selain Yong Hwa dan tidak ada pria lain yang lebih baik dari Yong Hwa… tidak akan ada. Tapi bagaimana dengan Yong Hwa? Bagaimana dengan kebahagiaan Yong Hwa? Dia tidak akan tega membiarkan Yong Hwa terjebak bersamanya dalam hubungan yang bertepuk sebelah tangan.
“Aku mengerti, pergilah. Temui dia dan katakan kalau oppa mencintainya.” Ujar Yuki sesenggukan. “Tapi kalau gadis itu tidak bisa membuatmu bahagia aku akan merebutmu darinya, aku akan membuatmu kembali padaku dan mencintaiku dan jika saat itu tiba aku tidak akan pernah mau merelakanmu untuknyaoppa, tidak untuknya atau gadis lain juga.”
Yong Hwa tersenyum manis pada Yuki, senyum kelegaan karena Yuki menerima semua penjelasannya. “Gumayo Choi Yuki.” Bibirnya mencium pelan kening Yuki menyampaikan rasa terima kasihnya pada gadis itu. “Aku pergi ne, sekali lagi terimakasih.” Yong Hwa segera keluar dan berlari menjauh meninggalkan Yuki yang kembali beruarai air mata. Pandangannya kabur karena air mata yang kini membasahi wajahnya. Sejenak dia berpaling dari sosok Yong Hwa yang kini akan menyebrang jalanan. Tapi seketika matanya membulat lebar ketika menyadari sebuah mobil kini melaju dengan kecepatan tinggi mengarah pada Yong Hwa yang tengah menyebrang jalan.
“Awaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss…” Yuki keluar dari mobil dan berlari dengan kencang mendorong tubuh Yong Hwa ke seberang jalan sementara dia sudah tidak sadarkan diri dengan darah segar mengalir dari tubuhnya karena terlindas ban mobil itu.
Yong Hwa menahan sakit ditubuhnya akibat dorongan keras yang tiba-tiba, dilihatnya beberapa orang berlari mendekat tapi bukan kearahnya melainkan ke arah mobil yang berhenti tidak jauh darinya, membuatnya tersadar apa yang baru saja terjadi, Yong Hwa mengamati tubuhnya tidak ada cacat sedikitpun, kenapa dia baik-baik saja? Bukankah seharusnya dia ditabrak mobil itu? Yuki… Choi Yuki.
Yong Hwa berjalan tertatih kearah kerumunan dan menyibak kerumunan itu dengan tergesa-gesa dan khawatir karena apa yang kini dipikirkannya. Tubuhnya terkulai lemah menyadari apa yang kini dilihatnya. Yuki… gadis itu tidak sadarkan diri dengan kaki yang berlumur darah.
“Yuki, bangunlah,” Ujarnya seraya mengangkat kepala Yuki ke atas pangkuannya. “Choi Yuki banguuun… aku mohon.” Teriaknya sambil menepuk pipi Yuki yang bahkan tidak membuka matanya sedikit pun.
“Choi Yuki aku mohon,” Isaknya sedih melihat tubuh gadis itu terkulai lemah di pangkuannya, dengan cepat Yong Hwa membopong tubuh Yuki dalam dekapannya. “Bertahanlah Yuki, bertahanlah.” Ujarnya sambil melarikan Yuki ke rumah sakit yang berada tidak jauh dari tempat itu.
=0o0=
Yong Hwa berjalan mondar-mandir tidak sabar di depan ruang ICCU karena sudah hampir 1 jam Yuki menjalani pemeriksaan dan sampai sekarang dokter belum keluar dan memberi kabar tentang keadaan Yuki.
“Yeobo bagaimana dengan anak kita?” Nyonya Choi terlihat tidak henti meneteskan air mata, mengkhawatirkan keadaan Yuki yang belum diketahuinya juga sampai sekarang.
“Tenanglah sayang, semua akan baik-baik saja.” Tuan Choi mengelus punggung istrinya berusaha menenangkannya.
“Siapa keluarga dari pasien?” Tanya dokter yang baru keluar dari ICCU.
“Kami dokter,” Tuan dan nyonya Choi segera menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat Yuki. “Bagaimana keadaan anak kami dokter.” Tanya Tuan Choi.
“Nyawa anak anda berhasil di selamatkan hanya saja kami tidak bisa menyelamatkan kakinya. Ban mobil itu melindas kakinya membuat tulang-tulangnya remuk, mianhae anak anda mengalami kelumpuhan.”
“Mwo? Lumpuh,” Nyonya Choi menutup mulutnya menahan suara tangis yang pecah karena berita yang baru saja di dengarnya. “Bagaimana dengan anak kita yeobo, bagaimana dengan dengan Yuki.” Ujarnya sambil menarik baju suaminya yang juga terlihat sangat kaget dengan apa yang didengarnya.
Yong Hwa merasakan tubuhnya merosot jatuh, membuatnya bisa merasakan dinginnya lantai rumah sakit. Yuki… Gadis itu harus mengalami kelumpuhan karena menyelamatkannya, seharusnya dia yang berada disana bukan Yuki. Seharusnya dia yang ditabrak dan lumpuh, bukan gadis berhati lembut itu. Yuki… Choi Yuki… apa yang harus aku lakukan untukmu? Apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu? Maafkan aku Yuki, maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini.
=0o0=
@PenerbitQanita. Gadis itu mengerjapkan matanya, melihat sekeliling ruangan tempatnya kini berada. Putih… itulah yang di tangkap oleh penglihatannya pertama kali saat berhasil membuka matanya. Apa itu artinya dia sudah mati? Apa itu artinya dia ada di surga?.
Yuki menggelengkan pandangannya dan menemukan kedua orang tuanya yang tengah tertidur di sofa kamarnya. “Appa, eomma.” Suaranya terdengar serak dan berat karena efek dari lamanya dia tidur. “Appa… Eomma.” Ulangnya kali ini terdengar lebih jelas.
Nyonya Choi bangun ketika mendengar panggilan Yuki yang kedua. “Sayang kamu sudah sadar.” Ujarnya seraya berjalan menghampiri Yuki yang terlihat masih lemah. “Minumlah, eomma yakin kamu haus.” Ucapnya sambil membantu Yuki minum.
“Kamu sudah bangun? appa panggil dokter dulu ne.” Tuan Choi keluar kamar dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Yuki.
“Bagaimana keadaan Yong Hwa oppa,” Tanya Yuki.
“Kenapa kamu malah menanyakannya? Seharusnya kamu mengkhawatirkan keadaanmu chagi.” Ucap nyonya Choi sambil mengusap pelan keringat yang membasahi kening Yuki.
“Oppa tidak apa-apakan eomma?”
“Dia baik-baik saja,” Ujar nyonya Choi, tersirat ketidaksukaannya saat Yuki menanyakan tentang Yong Hwa, Yong Hwa yang membuat Yuki seperti ini dan pria itu harus bertanggung jawab atas apa yang telah menimpa anaknya.
“Permisi nyonya, kami harus memeriksa keadaan anak anda dulu.” Ujar dokter yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat Yuki.
“Bagaimana keadaan saya dokter?” Tanya Yuki saat dokter mulai memeriksanya.
“Keadaan anda sudah lebih baik, tensi dan denyut nadi anda juga sudah normal.” Ujar dokter sambil tersenyum menatap Yuki.
Yuki mengangguk dan berusaha bangun dari tidurnya tapi tidak bisa. Bagian bawah tubuhnya terasa mati rasa dan kaku. Wajah Yuki seketika tegang dengan apa yang baru saja dialaminya. Yuki kembali berusaha mengerakkan kakinya, tapi hasilnya sama. Ditatapnya orang-orang yang berada di sekelilingnya yang terlihat begitu tegang dengan apa yang baru saja dilakukannya. Disibakkannya selimut yang menutupi kakinya dan seketika tersentak kaget dengan apa yang dilihatnya.
“Apa ini? Apa yang terjadi padaku.” Isak Yuki, dia menggelengkan kepalanya tidak percaya melihat kakinya yang sama sekali tidak bisa digerakkan. “Katakan apa yang terjadi padaku?” Teriaknya histeris.
“Appa… eomma, kakiku…”
“Chagi…” Nyonya Choi segera memeluk tubuh Yuki yang terlihat begitu kaget dengan apa yang di alaminya. Air matanya merangsek keluar ketika mendengar jeritan penuh kepedihan dari putri semata wayangnya. Putri yang sangat disayangi itu. “Uljima chagi… uljima.”
Langkah Yong Hwa terhenti ketika mendengar suara tangis dari dalam kamar Yuki. Hatinya terasa tersayat mendengar tangis kepedihan itu. Ini karenanya, ini salahnya. Seharusnya bukan yuki yang disana, seharusnya bukan Yuki yang menderita seperti itu. Yuki… Choi Yuki mianhae…
=0o0=
@PenerbitQanita. Yong Hwa mendongakkan kepalanya saat melihat dokter dan beberapa perawat keluar dari kamar Yuki setelah memberikannya obat penenang.
“Terimakasih dokter.” Nyonya Choi membungkuk berterimakasih pada dokter yang telah merawat Yuki.
“Jaga dia dengan baik nyonya. Dia sangat syok dengan apa yang baru saja menimpanya. Tetaplah berada disisinya dan berikan dukungan anda, saat ini yang diperlukan Yuki adalah dukungan dari orang-orang yang menyayanginya.” Nyonya Choi mengangguk. “Baiklah saya pergi dulu, silahkan panggil kami kalau ada apa-apa.”
“Ne dokter… khamsahamnida” Nyonya Choi membungkuk sambil mengucapkan terimakasihnya. Dia berbalik dan beranjak masuk kedalam kamar Yuki tapi seketika terhenti ketika melihat sosok Yong Hwa yang tengah duduk di kursi yang berada di samping kamar Yuki.
“Yong Hwa, kita bisa bicara.”
Yong Hwa mendongak menatap nyonya Choi yang kini berada tepat di depannya. “Ne.” ujarnya seraya mengikuti langkah nyonya Choi kearah taman rumah sakit.
“Kamu sudah tahu kan bagaimana keadaan Yuki saat ini?” Tanya nyonya Choi saat mereka tengah duduk di taman rumah sakit. “Yuki tidak bisa menerima keadaannya saat ini, maukah kamu menemani dan menguatkannya? ahjumma benar-benar tidak tega melihatnya, hanya kamu yang dicintai Yuki dan ahjummayakin kehadiranmu akan bisa membuatnya kembali bersemangat dan menerima keadaan yang sudah menimpanya.”
“Tapi ahjumma aku tidak mencintai Yuki, selama ini aku mengganggap Yuki seperti adikku sendiri.” Elak Yong Hwa.
“Jangan egois kamu Jung Yong Hwa,” Ujarnya seraya menatap sinis pada Yong Hwa yang terlihat kaget karena ucapannya. “Yuki seperti ini karena menyelamatkanmu, sudah sepantasnya kamu menjaga dan merawatnya saat dia sudah berkorban untukmu. Seharusnya kamu berpikir bagaimana keadaannya, bagaimana karirnya setelah semua ini menimpanya. Ahjumma tidak meminta banyak… ahjumma hanya memintamu bertanggung jawab atas apa yang menimpa Yuki dan kamu harus melakukannya, ahjumma tidak mau tahu.”
=0o0=
@PenerbitQanita. Yong Hwa memasuki kamar Yuki dengan pikiran yang berkecamuk. Di tatapnya wajah Yuki yang terlihat begitu damai saat dia tertidur. Diraihnya tangan Yuki dan digenggamnya erat membuat Yuki perlahan membuka matanya.
“Apa oppa mengganggu tidurmu? Mianhae.”
“Aniyo aku senang oppa ada disini,” Yuki berusaha bangun dari tidurnya tapi itu justru membuatnya meringis kesakitan.
“Tidak usah bangun, tidur saja. Tubuhmu masih lemah.”
“Ani, aku tidak mau. Aku tidak mau tidur saat oppa ada didekatku. Bagaimana kalau nanti oppa pergi saat aku bangun? Aku tidak mau tidur.” Ujar Yuki bersikeras.
“Yuki,” Ujar Yong Hwa lembut, diusapnya tangan Yuki yang dipasangkan selang infus. “Oppa akan berada disisimu percayalah. Oppa janji saat kamu bangun nanti oppa akan tetap berada disini,”
“Jeongmal?” Yong Hwa mengangguk, berusaha tersenyum pada Yuki. “Baiklah aku tidur ne, tapi oppaharus berjanji akan ada disini saat aku bangun nanti.”
“Ne oppa janji.”
Yuki tersenyum dan kembali memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Hampir delapan jam Yuki tertidur dengan pulas, matanya perlahan terbuka. Diliriknya ke samping dan tersenyum ketika menemukan Yong Hwa yang masih berada disana. Yong Hwa tertidur dengan kepala yang disandarkan di tempat tidur Yuki. Yuki menatap Yong Hwa, pria yang sangat dicintainya, pria yang selalu melindungi dan menjaganya sejak kecil. Tangan Yuki perlahan terulur menyingkirkan rambut yang menutupi wajah tampan Yong Hwa.
Yong Hwa mengerang pelan ketika menyadari sebuah tangan mengusap wajahnya. “Kamu sudah bangun? Minumlah dulu.” Yong Hwa memberikan gelas berisi air pada Yuki dan membantunya untuk minum. “Apa kamu ingin sesuatu?”
Yuki mengangguk dan menunjuk buat apel yang terletak di meja samping kasurnya. “Aku ingin makan itu.”
“Baiklah, oppa kupaskan dulu ne.” Yong Hwa mengambil apel yang diinginkan Yuki dan mengupasnya.
“Appa dan eomma kemana? Kenapa mereka tidak menungguku disini?”
“Mereka pulang sebentar untuk mengambilkan beberapa bajumu.” Jawab Yong Hwa sambil mengupas apel yang dipegangnya.
“Oppa.. apa aku boleh bertanya?” Yong Hwa mengangguk. “Bagaimana dengan Shin Hye eonni, apa dia tahu oppa ada disini?”
Pertanyaan Yuki membuat Yong Hwa terdiam menghentikan kegiatannya. Pikirannya menerawang pada Shin Hye. gadis yang dicintainya saat pertama kali mereka bertemu.
Flashback
Yong Hwa berjalan ke luar kapal saat kapten kapal mengumumkan bahwa mereka akan segera tiba di Korea. Disandarkan tubuhnya pada pembatas kapal yang sebentar lagi akan merapat di tanah kelahiran ibunya. Yong Hwa memejamkan mata dan mencondongkan tubuhnya melewati pembatas kapal, menghirup aroma asin laut yang terasa begitu menyegarkan untuknya.
Perlahan air mata menetes dari matanya, dia benci menangis dan dia tidak pernah suka menangis. Tapi setiap mengingat ibunya entah apa yang terjadi, kesedihan itu berhasil mengusai hatinya membuatnya menjadi rapuh, tanpa menyisakan ketegaran yang selama ini dimiliknya.
Kehilangan ibu membuatnya benar-benar hancur dan kenyataan bahwa ayahnya menjadi penyebab kepergian ibunya semakin menambah rasa sakit yang dirasakannya. Yong Hwa perlahan membalikkan badannya, tersentak kaget ketika menyadari seorang gadis bertubuh mungil tengah menatapnya dengan tatapan heran dan tentu saja kasihan. Dengan cepat Yong Hwa mengusap air mata yang membasahi wajahnya dan menatap gadis itu dengan tatapan tidak sukanya. Dia tidak suka saat dilihat orang dalam keadaan lemah seperti ini.
Tapi gadis ini lain, gadis ini berbeda. Gadis ini membuat jantungnya berdetak tidak karuan, mengalun seperti alunan musik yang justru terdengar kacau. Teori tentang kecepatan jantung berdetak sepertinya tidak berlaku lagi karena jantungnya justru semakin berdetak kencang saat gadis itu semakin mendekat kearahnya.
“Shin Hye agashi di luar sangat dingin, sebaiknya anda masuk. Sebentar lagi kita akan sampai di Korea.” Seorang pria berjas hitam tiba-tiba datang membuat gadis itu menoleh menatapnya. Yong Hwa segera berlari pergi, bersembunyi di balik tembok sambil memegang dadanya berusaha menetralkan jantungnya yang masih berdetak tidak karuan.
“Gadis itu… apa yang telah dilakukannya padaku? Kenapa jantungku jadi seperti ini.” Ujar Yong Hwa setelah berada dibalik tembok. Di intipnya gadis itu yang terlihat celingukan mencari keberadaanya, Yong Hwa kembali menarik tubuhnya bersembunyi lebih dalam agar gadis itu tidak menemukannya.
“Apa aku mencintainya? Apa ini yang dinamankan cinta pada pandangan pertama?” Tanya Yong Hwa saat berhasil mengusai detak jantungnya. “Kenapa rasanya begitu bahagia saat aku melihatnya. Shin Hye… Gadis itu bernama Shin Hye, aku akan mendapatkannya. Aku akan mendapatkan cintanya.” Ucap Yong Hwa dengan senyum yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan.
Flasback End
“Oppa,” Panggil Yuki, sudah berkali-kali dia memanggil Yong Hwa tapi tidak digubris sama sekali oleh Yong Hwa.
“Oppa,” Ulangnya saat melihat Yong Hwa masih sibuk dengan lamunannya setelah dia menyebut nama Shin Hye. “Oppa.” Panggil Yuki kali ini lebih keras dan membuat Yong Hwa tersentak kaget. “Apa yang oppapikirkan? Oppa memikirkan Shin Hye eonni?”
“Ani… Aniyo,” Yong Hwa menggeleng dan kembali mengupas apel ditangannya.
Yuki memegang tangan Yong Hwa, membuat Yong Hwa menatapnya keheranana. “Pergilah, temui Shin Hye eonni. Jangan korbankan perasaan oppa karena rasa bersalah. Aku tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja.”
Yong Hwa menggeleng pelan dan memegang tangan Yuki, meremasnya pelan. “Tidak… oppa akan menjagamu, oppa akan disampingmu dan menemani selamanya.”
“Tapi bagaimana dengan kebahagian oppa, bagaimana dengan perasaan oppa.”
“Saat ini yang terpenting adalah kamu, jangan memikirkan apapun. Oppa akan menjaga dan merawatmu seperti yang selalu oppa lakukan selama ini.”
“Oppa, saranghae.” Yong Hwa tersenyum dan meraih tubuh Yuki dalam pelukannya tanpa menjawab pernyataan Yuki. Dia memang akan menjaga dan merawat Yuki tapi dia tidak akan pernah bisa mencintai Yuki seperti dia mencintai Shin Hye. Shin Hye… Gadis itu akan selalu ada dihatinya, menempati ruang terdalam dihatinya, tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun dan sampai kapanpun.
‘Mianhe Shin Hye-ya.’ Batin Yong Hwa.
=0o0=
@PenerbitQanita. Seminggu sudah berlalu sejak Yong Hwa pergi bersama Yuki saat itu. dan sudah sejak saat itu Shin Hye kehilangan kontak dengannya. Dia sudah berusaha berkali-kali menghubungi Yong Hwa bahkan mencari ke rumahnya tapi hasilnya nihil, Yong Hwa bahkan tidak ada di rumahnya. Yong Hwa menghilang begitu saja tanpa pernah muncul di depan Shin Hye sekalipun.
“Apa kamu sudah dengar kalau model Jepang bernama Choi Yuki mengalami kecelakaan?” Sebuah suara membuat Shin Hye tersentak kaget saat menikmati makanannya. Dia berusaha menajamkan telinganya, mendengar pembicaraan beberapa yang duduk di sampingnya.
“Iya kasihan sekali Yuki, kecelakaan itu menyebabkannya lumpuh. Dan yang aku dengar dia mengalami kecelakaan karena menolong Yong Hwa, bagaimana dengan karir dia selanjutnya ya?” Timpal gadis yang terlihat lebih kurus dari yang lainnya.
“Jeongmal?” Tanya salah satu gadis yang duduk bersama dengan mereka.
“Iya, tapi syukurlah ada Yong Hwa yang selalu menemaninya selama di rumah sakit. Dia tidak lari dari tanggung jawabnya karena bagaimana pun juga Yuki mengalami kejadian ini karena berniat menyelamatkannya.” Jawab gadis kurus itu.
“Aku setuju denganmu, aku percaya Yong Hwa akan merawat Yuki dengan baik. Bukankah mereka memang akan segera menikah tahun depan, jadi tidak masalah buat Yong Hwa merawat Yuki.” Ujar gadis berambut panjang.
Shin Hye tertegun mendengar apa yang baru saja di dengarnya. Karena inikah Yong Hwa menghilang selama ini? Dia harus merawat Yuki hanya karena rasa bersalah? Tidak… dia tidak akan membiarkannya, Yong Hwa hanya mencintainya dan dia tahu itu. Dia akan membawa Yong Hwa kembali kepadanya, menghilangkan beban yang dirasakan Yong Hwa selama ini.
Shin Hye berdiri diam di depan kamar rawat Yuki. Diketuknya pintu kamar itu pelan tapi tidak ada jawaban, dia mencoba lagi sampai tiga kali tapi tetap tidak ada jawaban sama sekali. Perlahan di bukanya pintu kamar itu tapi tidak dilihatnya siapa pun berada disana. Shin Hye mengedarkan pandangannya memeriksa ruangan itu sambil sesekali memanggil nama Yuki, tapi kamar itu kosong tidak ada orang sama sekali.
Shin Hye berlari keluar kamar mencari Yuki tapi tidak ditemukannya, tatapannya terpaku pada sebuah kain putih yang sekilas berbelok di sebuah pintu. Shin Hye dengan cepat berlari kearah pintu dan tersentak kaget ketika melihat Yuki tengah berusaha melewati pagar pembatas atap gedung dengan memanjat.
“Yya apa yang kau lakukan eoh?” Teriak Shin Hye sambil berusaha meraih tangan Yuki yang sudah berada di tembok itu.
“Lepaskan aku, lepaskan,” Isak Yuki dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. “Lepaskan tanganku.” Ujarnya, tubuhnya merosot lemah membuat Shin Hye merasakan kesedihan yang kini dirasakan Yuki saat ini.
“Yuki sadarlah,” Ucap Shin Hye berusaha menyadarkan Yuki yang terlihat begitu putus asa.
“Apa perdulimu padaku eoh? Aku sudah tidak punya apa-apa lagi, semuanya sudah hilang.” Teriak Yuki histeris. “Lihat kakiku, aku bahkan sudah tidak bisa berjalan, apa lagi yang aku miliki?” Yuki terlihat sesenggukan menahan air matanya yang mengalir semakin deras.
“Yong Hwa oppa bahkan lebih memilihmu dari aku. Aku mengenalnya lebih dulu darimu, tapi kenapa dia memilihmu? kenapa bukan aku? Kenapa harus kamu?” Shin Hye terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. “Lepaskan aku, biarkan aku mati. Tidak ada gunanya aku hidup, semuanya sudah berakhir. Biarkan aku mati… Biarkan aku mati.” Teriaknya histeris.
“Yuki…”
“Kau tahu, aku memang bisa memiliki Yong Hwa oppa disampingku, aku bahagia saat dia menemaniku dan menjagaku seperti dulu tapi aku tidak pernah bisa memiliki dia seutuhnya. Aku tidak pernah merasakan dia memperlakukanku sepenuh hatinya. Tubuhnya mungkin ada disampingku tapi hatinya… Hatinya selalu tertuju padamu. Aku tahu dia mencintaimu, aku tahu dia merindukanmu, aku sering mendengarnya menyebut namamu dalam tidurnya. Tapi apa salah kalau aku juga menginginkannya untukku? Apa yang kamu miliki? Pesona apa yang kamu miliki sampai membuat Yong Hwa oppa begitu begitu mencintaimu eoh?”
“Yuki…” Shin Hye menutup bibirnya menahan tangis yang mendesak keluar. Dia tidak menyangka keadaan Yuki seperti ini, dia tidak tahu Yuki begitu mencintai Yong Hwa. Hanya Yong Hwa yang diinginkannya dan dia dengan teganya berniat memisahkan Yong Hwa dan Yuki. Gadis lemah yang bahkan kini berniat mengakhiri hidupnya karena dirinya.
“Aku benci diriku, aku benci karena Yong Hwa oppa bukan mencintaiku tapi mencintamu. Aku benci semuanya, biarkan aku mati.” Isak Yuki, suaranya terdengar begitu sedih, kesedihan yang akan membuat siapa saja yang mendengarnya akan ikut menangis bersamanya.
“Yuki…” Pintu atap gedung tiba-tiba terbuka menampakan sosok beberapa orang yang terlihat begitu khawatir, Shin Hye menangkap sosok pria yang selama ini dirindukannya juga berada disana. Wajahnya terlihat begitu khawatir melihat Yuki yang terduduk lemah di lantai.
“Yuki-ya gwencahanayo?” Tanya Yong Hwa ketika berada di samping Yuki, diraihnya tubuh Yuki kedalam dekapannya dan berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Shin Hye yang juga berada disana. Nyonya dan tuan Choi segera berlari mengikuti Yong Hwa yang telah lebih dulu membawa Yuki.
“Bagaimana keadaannya dokter?” Tanya Yong Hwa saat dokter keluar dari kamar Yuki.
“Dia sudah lebih tenang tapi jangan terlalu membebaninya dengan hal-hal yang sekiranya bisa mengganggu pikirannya. Keadaan emosinya tidak stabil jadi tolong jaga kondisi pasien agar tetap tenang.”
“Ne dokter… boleh kami melihatnya.” Tanya nyonya Choi yang terlihat begitu khawatir.
“Maaf saat ini pasien hanya ingin bertemu dengan nona Park Shin Hye,” Shin Hye melangkah maju saat namanya disebut. “Apa anda yang bernama Park Shin Hye?”
“Ne.” Yong Hwa menatap Shin Hye sedih, dia tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini selama hidupnya, melihat gadis yang begitu dicintainya itu sedih karena perbuatannya.
“Kalau begitu silahkan masuk, nona Yuki ingin bertemu dengan anda.”
Shin Hye melangkahkan kakinya memasuki kamar Yuki, dilihatnya Yuki yang tengah terbaring lemah dengan mata yang masih terpejam. Ditatapnya wajah cantik Yuki yang kini terlihat begitu pucat, tidak secerah saat mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Shin Hye menggenggam tangan Yuki membuat Yuki perlahan membuka matanya.
“Eonni gumawo,” Ujar Yuki saat melihat Shin Hye sudah berada di sampingnya. “Mianhae karena telah berkata yang tidak-tidak padamu.”
Shin Hye menggeleng berusaha tersenyum melihat keadaan Yuki saat ini. “Tidak, kamu tidak salah. Kamu benar seharusnya Yong Hwa memilihmu, dia seharusnya mencintaimu bukan aku.”
“Apa maksud ucapan eonni?”
“Aku memang mencintainya tapi kamu lebih membutuhkannya.”
“Jangan mengasihaniku eonni, aku tidak suka dikasihani.” Yuki menggeleng tidak suka.
“Ani, aku tidak mengasihanimu. Kejadian ini adalah bukti bahwa Yong Hwa memang bukan ditakdirkan untukku tapi untukmu, karena Tuhan tahu kamu akan lebih membutuhkan Yong Hwa dariku.”
“Eonni…”
“Berbahagialah dengannya dan ingat jangan sekali-kali kamu mencoba mengakhiri hidupmu lagi. Hidup terlalu berarti untuk berakhir begitu saja. Lumpuh bukan berarti kita kehilangan masa depan, teruslah bersemangat menata masa depanmu. Aku yakin kamu bisa, kamu bukan gadis lemah yang akan menyerah pada keadaan.” Ujar Shin Hye, nada suaranya bergetar saat mengucapkan hal itu.”Aku pergi ne, aku akan selalu berdoa untuk kebahagianmu dan Yong Hwa.”
“Eonni… Gumawo.” Ujar Yuki sambil tersenyum. Yong Hwa memang tidak salah mencintainya, Shin Hye gadis yang baik bahkan sangat baik.
Shin Hye melepaskan tangan Yuki dan berjalan keluar kamar, menahan air mata yang semakin mendesak untuk dikeluarkan. Tubuhnya terasa lemah tak bertenaga, sesaat semua terasa begitu gelap dan hampa. Hatinya sakit, terlalu sakit saat harus melepaskan pria yang dicintainya bersama gadis lain.
“Shin Hye…” Yong Hwa yang sedari tadi berdiri di depan pintu mendengarkan pembicaraan Shin Hye dan Yuki menghampiri Shin Hye yang terlihat hampir ambruk. “Gwenchana?” Diraihnya tubuh Shin Hye memegangnya erat,
“Aku baik-baik saja, lepaskan aku.” Shin Hye berusaha berdiri melepaskan diri dari tangan Yong Hwa yang menopang tubuhnya.
“Aku antar kamu pulang.”
“Tidak perlu.” Shin Hye berjalan menjauh meninggalkan Yong Hwa tanpa menatap wajahnya.
“Aku antar kamu pulang.”
“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.” Shin Hye kembali berjalan dengan langkah tertatih.
“Aku antar kamu pulang.” Yong Hwa menggenggam tangan Shin Hye membuatnya terhenti.
“Aku bilang tidak usah ya tidak usah,” Shin Hye menghentakkan tangannya membuatnya terlepas dari genggaman Yong Hwa. “Jangan membuatku lebih sulit lagi. Jangan membuatku menahanmu untuk kembali padaku. Aku tidak mau kamu mengantarku karena aku tahu aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku setelah itu. Aku mohon biarkan aku pergi. Yuki jauh lebih membutuhkanmu dariku. Dia mencintaimu… Dia mencintaimu lebih besar dari aku, jaga dan rawat dia dengan baik.”
“Shin Hye-ya…..”
“Aku mohon biarkan aku pergi. Selamat tinggal Yong Hwa.” Shin Hye segera berlari pergi meninggalkan Yong Hwa yang masih berdiri kaku di tempatnya. Semua ini memang salahnya. Shin Hye harus menderita karena, di satu sisi Yuki juga membutuhkannya apa yang bisa dilakukannya?.
=0o0=
@PenerbitQanita. Bandara Incheon terlihat ramai seperti biasa dengan ratusan orang yang berlalu-lalang. Disudut ruang tunggu terlihat gadis bertubuh mungil itu kembali menaikkan kacamata hitamnya yang merosot turun di hidungnya. Tatapannya menerawang entah kemana. Terlihat keletihan diwajah cantiknya yang berusaha ditutupinya dengan kacamata hitam yang dikenakannya.
“Apa kamu yakin dengan semua ini?”
“Ne appa aku yakin, aku tidak ingin tinggal di Korea lagi. Aku ingin melupakan semuanya dan satu-satunya cara adalah dengan meninggalkan Korea.”
“Appa akan sangat merindukanmu.”
“Nado appa,” Ujar Shin Hye, ditatapnya wajah Ki So… pria paruh baya yang telah menjaganya selama ini, pria ini juga yang membuatnya bisa berpikir dengan tenang setelah apa yang terjadi pada hubungannya dengan Yong Hwa.
Shin Hye melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 08.30. “Appa harus menjaga diri ne jangan lupa makan dan istirahat. Mungkin aku tidak bisa mengunjungi Appa di sini tapi Appa harus berjanji akan mengunjungiku di Jepang nanti.”
“Tentu saja, Appa akan sering mengunjungimu disana, jangan lupa telpon Appa begitu kamu tiba di Jepang.”
“Ne Appa, aku mencintaimu.” Shin Hye memeluk Ki So erat, berat memang harus meninggalkan ayahnya sendiri tapi dia tidak akan sanggup bertahan di Korea saat hatinya bahkan tidak bisa di tolong lagi. Ini satu-satunya jalan yang harus di tempuhnya, pergi meninggalkan Korea dan melupakan semua kenangan saat dia berada di Korea.
“Nado chagi, Pergilah dan hati-hati.” Ki So melepaskan pelukannya ditubuh Shin Hye dan menatap Shin Hye sedih. “Hati-hati ne.” Ujarnya sambil mengusap kepala Shin Hye lembut. Satu-satunya yang diinginkannya adalah membuat Shin Hye bahagia, dan dia akan melakukan apapun untuk itu.
Shin Hye menatap keluar jendela, melihat Korea yang semakin terlihat begitu kecil saat pesawat yang ditumpanginya perlahan naik sampai batas maksimal yang diharuskan. Air matanya kembali mengalir dengan deras membasahi wajah cantiknya. Hatinya terasa sangat sakit saat dia harus menerima kenyataan pria yag dicintainya bersama gadis lain. Dia memang telah melepaskan Yong Hwa bersama Yuki tapi apa salahnya kalau dia menangis setiap mengingat apa yang terjadi. Shin Hye mengusap air matanya yang sejak semalam membuat matanya bengkak, ditatapnya foto Yong Hwa di ponselnya yang diambilnya secara diam-diam saat di kelas, dia tidak akan menghapusnya, dia akan menyimpan foto ini, menyimpan satu-satunya kenangannya tentang Yong Hwa.
“Suatu saat nanti jika kita berumur panjang kita akan bertemu lagi Yong, suatu saat nanti. Tapi hanya untuk bertemu bukan untuk mengobati kerinduan dan mengatakan betapa kita saling mencintai… hanya untuk bertemu tanpa ada makna sedikitpun. Aku mencintaimu Yong Hwa dan akan selamanya seperti itu. Berbahagialah untukku. Saranghae Jung Yong Hwa.”
END
Aaahh sad deh, mianhae readers. Aku janji bakalan buat after storynya di blog setelah menyelesaikan ff yang lainnya. Mohon bantuannya dan termakasih buat yang sudah membaca jangan lupa komennya ya, Arigatou!!.
Author (FB & Twitter): Aiko (FB : https://www.facebook.com/faqih.icueth & Twitter : @nengicueth)
Title :Another Destiny (YongShin Couple)
Genre : Sad, Romance
Main Cast : Jung Yong Hwa (CNBLUE), Park Shin Hye
Other Cast : Choi Yuki (OC), Park Ki So (OC), Choi Young (OC), Kiyomizu Aiko (OC)
Disclaimer : This Fan fiction is original story of mine. The cast belongs to themselves. So, Don’t bash me !
=0o0=
@PenerbitQanita. Deru laju kapal memecah ombak lautan menyisakan buih yang berwarna putih. Angin bertiup cukup kencang karena musim gugur yang baru saja datang. Beberapa penumpang beranjak masuk ke dalam menghindari terpaan angin laut yang sangat kencang, tapi tidak dengan seorang gadis bertubuh mungil itu. Dia memilih untuk tetap berada di luar menikmati lautan luas yang terpampang dengan indah di hadapannya tanpa memperdulikan tiupan angin yang membuat tubuhnya kedinginan.
Tatapannya terpaku pada sosok pria berambut hitam yang tengah bertumpu pada pagar pembatas kapal, pria itu mencondongkan tubuhnya ke luar kapal membuat tubuhnya hampir setengah berada di luar kapal. Matanya terpejam dengan rambut yang terus berkibar karena terpaan angin laut. Kulitnya yang berwarna putih semakin terlihat berkilau terkena terpaan sinar matahari. Wajahnya terlihat begitu sedih dan putus asa membuat siapa saja yang melihatnya akan berpikir kalau dia berniat mengakhiri hidupnya.
Tapi apa itu? Air mata? Pria itu menangis?, Shin Hye mengerutkan keningnya dan berjalan mendekat tapi langkahnya terhenti ketika pria itu tiba-tiba berbalik menghadapnya. Pria itu segera mengusap air mata yang menetes di wajahnya, dan kini menatap Shin Hye tajam, tatapan ketidaksukaan yang terpancar jelas dari matanya.
“Shin Hye agashi di luar sangat dingin, sebaiknya anda masuk. Sebentar lagi kita akan sampai di Korea.” Shin Hye berbalik ke sumber suara melihat seorang pria berpakaian hitam yang selama ini menjadi pengawasnya. Matanya kembali berpaling mencari sosok pria yang tadi di lihatnya bertumpu pada pembatas kapal. Hilang… Pria itu hilang tak berbekas, apa itu hanya banyangannya saja? hasil imajinasi liar di alam bawah sadarnya yang di biarkan berkembang bebas? Tidak… kali ini itu terlihat nyata, bukan imajinasi.
“Shin Hye agasshi, anda baik-baik saja?” Suara itu kembali membuyarkan lamunannya, membuatnya yang tadi sempat terlena di bawah alam sadarnya tersadar dan kembali ke dunia nyata.
“Ne ahjussi,” Shin Hye berjalan mengikuti Choi Young yang sudah berjalan mendahuluinya. “Ahjussiapakah ayah angkatku akan tinggal bersamaku nanti.”
“Tentu saja agasshi, tapi saat ini tuan Park sedang berada di luar negeri dalam perjalanan bisnisnya, jadi beliau tidak bisa datang cepat tapi beliau menitipkan pesan agar anda belajar dengan rajin karena beliau akan segera pulang begitu urusannya selesai.”
Shin Hye menghela napas mendengar penjelasan Choi Young yang selalu sama setiap kali dia bertanya tentang ayah angkatnya itu. Shin Hye memang di adopsi dari sebuah panti asuhan di Jepang oleh keluarga Park tepatnya Park Ki So yang merupakan ayah angkatnya. Tidak banyak yang Shin Hye tahu tentang pria itu kecuali dia adalah orang yang telah memberikannya kehidupan baru dalam hidupnya. Sejak proses pengadopsian terjadi Shin Hye belum sekalipun bertemu dengan ayah angkatnya karena semua proses adospi diserahkan sepenuhnya pada Choi Young, asisten pribadi Park Ki So. Shin Hye hanya pernah melihat fotonya yang terpampang besar di ruang keluarga rumahnya di Jepang tanpa pernah bertemu langsung dengannya.
”Agasshi… percayalah tuan Park ingin menemui anda hanya saja dia benar-benar tidak bisa menunda pertemuan bisnis kali ini. Anda jangan sedih karena sebentar lagi anda akan tinggal bersama tuan.” Choi Young berucap lembut seolah tahu apa yang saat ini sedang di pikirkan Shin Hye.
“Gwenchana ahjusshi, aku mengerti tapi bolehkah aku menitipkan sesuatu untuk appa?” Choi Young mengangguk, Shin Hye membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah kotak yang terbungkus rapi dengan kertas kado dan menyerahkannya pada Choi Young. “Maukah ahjusshi memberikan ini untuk appa? Aku membuatnya sendiri, ini sweter untuk appa agar tidak sakit karena angin musim gugur.”
“Tentu agasshi saya akan memberikannya pada tuan saat saya menemui beliau nanti. Sebaiknya anda bersiap-siap, kita sudah hampir sampai.”
“Ne ahjussi gumawo.”
=0o0=
@PenerbitQanita. Shin Hye menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi dengan cat berwarna putih yang sepenuhnya mendominasi tempat itu, sebuah bangunan modern yang sangat berbeda dengan bangunan tempatnya kuliah dulu di Jepang. Iya… dia memang sempat menimba ilmu di Universitas Tokyo, sebuah universitas yang sempat dinobatkan menjadi universitas nomor satu di Asia dan dianggap sebagai Harvad-nya Jepang, tapi sekarang di sinilah dia berada. Seoul National University, sebuah universitas terkenal di Korea Selatan.
Shin Hye melangkahkan kakinya perlahan ke dalam gedung itu, menatap takjub bangunan gedung yang terlihat begitu megah dan indah dihadapannya. Sangat berbeda dengan Universitas Tokyo tempatnya dulu, dimana bangunannya lebih terlihat klasik dan unik. Shin Hye merindukan semua itu tapi keinginannya untuk tinggal bersama ayah angkatnya membuatnya memilih untuk menerima tawarannya pindah ke Korea. Shin Hye berbalik dan ‘bug’ buku-buku yang di bawanya berjatuhan ke lantai berwarna putih bersih itu.
“Gomen ne.” Shin Hye membungkuk merapikan buku-bukunya yang berserakan di lantai marmer dan mendongak ketika menyadari seseorang yang menabraknya hanya berdiri dengan angkuh di depannya tanpa berniat membantunya merapikan buku-bukunya yang berserakan dilantai.
“Lain kali kalau jalan lihat-lihat… dasar kampungan.” Pria itu berjalan meninggalkan Shin Hye yang menatap kepergiannya dengan tatapan kaget. Shin Hye menepuk pipinya, berusaha menyadarkan diri bahwa apa yang dilihatnya memang kenyataan bukan imajinasinya. Pria itu… Pria yang sebelumnya dilihatnya di kapal memang adalah kenyataan bukan sebuah imajinasi dan sekarang pria itu ada di tempat yang sama dengannya.
Shin Hye memasuki kelas pertamanya dan kali ini dia bertemu pria itu lagi, pria yang sebelumnya ditemuinya di kapal dan di luar tadi. Tatapannya selalu mengarah pada pria itu, melihat lebih detail wajahnya untuk lebih meyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya kini bukan hanya ilusi yang akan menghilang perlahan-lahan seiring berjalannya waktu.
“Apa yang kau lihat eoh?” Shin Hye mendongak saat menyadari pria itu kini sudah berada di depannya menatapnya dengan tatapan tidak sukanya. “Kenapa kamu terus memperhatikanku dari tadi?”
“I… Itu…” Shin Hye tergagap, bingung tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dia melakukan itu untuk menyakinkan diri pernah bertemu pria itu sebelumnya.
“Dengar ya, aku tidak suka kamu melihatku seperti itu. Aku bosan dengan gadis-gadis seperti kalian yang hanya melihat seorang pria dari penampilan dan hartanya. Jadi jangan ulangi apa yang kamu lakukan sebelum aku marah padamu, arra.” Pria itu berjalan meninggalkan Shin Hye yang tengah terpaku diam di tempatnya setelah mendengar perkataannya.
“Lupakan saja… dia memang seperti itu. Namanya Jung Yong Hwa, dia dingin pada semua orang jadi jangan ambil hati sikapnya itu,” Shin Hye berbalik dan menatap gadis di sampingnya yang tengah tersenyum padanya. “Kenalkan namaku Aiko… Kiyomizu Aiko Bhanggapseumnida.” Ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
“Ah ne, Park Shin Hye imnida.” Shin Hye mengenalkan diri sambil meraih uluran tangan Aiko.
“Kamu mahasiswa baru ya? Aku baru melihatmu.”
“Ne aku memang mahasiswa baru.”
“Mau makan siang bersama? Kantin disini terkenal dengan makanannya yang enak.”
Shin Hye tersenyum mendengar tawaran Aiko. Teman pertama yang di dapatkannya sejak pindah ke Korea. “Mungkin lain kali saja, aku masih kenyang.” Tolaknya halus.
“Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ne, senang bertemu denganmu.” Aiko bangun dari kursinya dan berjalan meninggal ruang perkuliahan yang kini hanya menyisakan Shin Hye seorang diri. Shin Hye merapikan bukunya dan berjalan keluar kelas menuju atap gedung yang merupakan tempat favoritnya selama ini.
Shin Hye mengedarkan pandangannya, melihat pemandangan kota Seoul yang terlihat jelas melalui atap gedung yang dibiarkan terbuka. Menghirup udara sesuka hatinya kemudian menghembuskannya melalui mulutnya, hal itu yang dilakukannya berulang kali.
“Haaaaaaaaaaaaiiiiiii, apa kalian mendengarku?” Teriak Shin Hye pada orang-orang yang berjalan di bawahnya. “Haaaaaaaaaaaaiiiiiii” Ulangnya dengan suara yang lebih kencang.
“Yya gadis kampungan,” Sebuah suara mengagetkan Shin Hye yang membuatnya berbalik menghadap sumber suara. “Suara jelekmu itu membuat gendang telingaku hampir pecah.” Ujarnya sambil menutup telinga dengan kedua tangannya. “Mau apa kamu disini eoh? Kenapa kamu selalu saja ada dimana ada aku, kamu mengikutiku ya?”
“Mengikutimu? Aku?” Shin Hye menunjuk dirinya kemudian tertawa melihat pria di depannya itu. Pria dengan tingkat percaya diri yang luar biasa tinggi. “Untuk apa aku mengikuti pria sepertimu? benar-benar tidak ada untungnya buatku.”
“Jangan berpura-pura bodoh seperti itu aku tahu kamu mengikutiku kan?”
“Aish percuma saja bicara dengan orang sepertimu, dasar ti__” Shin Hye mendengus ketika menyadari bau aneh yang menusuk hidungnya. “Bau apa ini?” Ujarnya sambil berusaha menajamkan penciumannya berusaha mengenali bau tersebut. “Aigoo kebakaraaann… kebakaraaaann… asap… asap… kebakaraaaann.” Teriaknya terlihat panik karena melihat asap dari balik tembok tempat Yong Hwa keluar.
“Yya, gadis bodoh jangan berteriak.” Yong Hwa menangkap tubuh Shin Hye dan membekap mulut Shin Hye agar berhenti berteriak. “Kalau kau berteriak orang-orang akan datang kesini.”
“Ta… tapi itu ada asap, kebakaran…” Ujar Shin Hy setelah Yong Hwa melepaskan tangan dari mulutnya.
“Itu bukan kebakaran hanya asap, itu asap rokok bodoh.”
“Mwo? Rokok?” Shin Hye melepaskan tangan Yong Hwa yang memegang pundaknya dan menatap Yong Hwa yang terlihat begitu santai dengan ucapannya barusan.
“Wae? Jangan bilang kamu heran.” Ujar Yong Hwa sinis. “Kau tahu… Kau bukan orang pertama yang heran seperti itu.” Yong Hwa berjalan meninggalkan Shin Hye dan kembali ke tempat sebelumnya, mengambil rokok yang tadi ditinggalkannya dan menghisapnya pelan. Shin Hye menatapnya kesal dan langsung merampas rokok yang masih berada di mulut Yong Hwa dan menginjaknya.
“Yya!! Apa-apa kamu?” Yong Hwa bangun, menatap tajam pada Shin Hye yang kini sedang menginjak rokok itu dengan kakinya. “Itu rokokku bukan rokokmu.”
“Aku tidak suka melihat pria merokok, kamu tidak tahu asapnya itu aku hirup juga dan bahaya asap rokok itu tidak baik untuk kesehatan. Kamu mau mati muda eoh?”
“Itu bukan urusanmu,” Yong Hwa kembali duduk dan mengeluarkan kotak rokok yang berada di sakunya tapi dengan cepat di sambar Shin Hye dan dilemparkannya ke bawah gedung.
“Yya apa yang kau lakukan?” Yong menatap Shin Hye kesal karena apa yang baru saja dilakukannya. “Kamu pikir kamu siapa eoh? Aku tidak mengenalmu dan aku tidak suka urusan pribadiku di campuri gadis kampungan sepertimu.”
“Karena kamu belum mengenalku jadi aku akan memperkenalkan diri. Namaku Shin Hye… Park Shin Hye.” Shin Hye mengulurkan tangannya pada Yong Hwa yang justru menatapnya tidak suka.
“Memangnya aku perduli namamu siapa.” Yong Hwa berjalan meninggalkan Shin Hye tapi dengan cepat Shin Hye berlari menghadangnya di pintu masuk atap gedung. “Wae? Apa lagi yang kamu inginkaneoh?”
“Aku ingin menjadi temanmu jadi mulai sekarang kamu harus mengingat namaku agar kamu bisa memanggilku nanti Yong Hwa.”
Yong Hwa mengerutkan keingnya, bagaimana mungkin gadis bodoh ini berbicara seperti itu?. “Jangan heran kenapa aku tahu namamu, kamu kan terkenal di kampus ini. Walaupun terkenal karena sikap dinginmu itu. Aku memutuskan mulai sekarang akan menjadi temanmu dan kamu tidak boleh menolak arra”
“Terserah padamu,” Yong Hwa menyingkirkan tubuh Shin Hye yang menutupi jalan keluar. “Kamu mau kemana?” Tanya Shin Hye.
“Pulang.” Jawab Yong Hwa ketus tanpa melihat Shin Hye yang tengah berpikir dengan apa yang di dengarnya. “Pulang? Tapi kan masih ada kuliah.”
“Memangnya apa peduliku.”
=0o0=
@PenerbitQanita .“Yya, apa-apa ini? Untuk apa kamu mengikutiku sampai ke rumahku?” Yong Hwa menatap tajam pada Shin Hye yang kini sudah membaringkan tubuhnya di sofa rumah itu.
“Rumahmu bagus dan nyaman ya? Apa kamu tinggal sendirian?” Tanyanya.
“Aku sudah bilang urusan pribadiku bukan urusanmu jadi jangan ikut campur.”
“Aku kan sudah bilang kalau aku akan menjadi temanmu jadi aku ingin tahu semua tentangmu.” Shin Hye menegakkan tubuhnya dan menatap Yong Hwa. “Tidak perlu bercerita tentang hal-hal yang membuatmu sedih. Kau tahu aku juga hanya anak adopsi bukan anak kadung dari orang yang kaya, orang tuaku bahkan tega membuangku begitu saja di panti asuhan. Aku berpikir mereka tidak menyayangiku tapi setelah aku pikir-pikir kalau mereka tidak menyayangiku mereka pasti sudah membunuhku, iya kan?” Shin Hye tersenyum mengenang masa lalunya. “Kau tahu hal itu justru membuatku kuat menatap masa depanku. Aku ingin jadi lebih baik lagi, membuat orang-orang yang menyayangiku bahagia karena kehadiranku.”
“Apa maksud ucapanmu itu eoh?” Yong Hwa bersedekap kesal menatap Shin Hye yang menyerocos terus tanpa henti sejak kedatanganya. “Aku tidak butuh konsultasi kepribadian gratis dari gadis bodoh sepertimu. Sudah pulang sana, aku mau istirahat.”
“Kamu harus mengantarku, aku tidak tahu jalan pulang.”
“Aigoo kapan kamu berhenti merepotkanku eoh?” Tanya Yong Hwa kesal. “Kamu telpon saja taksi dan berikan alamatmu padanya beres kan.”
“Kalau begitu pinjami aku uang, aku tidak punya uang.” Shin Hye mengulurkan tangannya kearah Yong Hwa. “Aku juga tidak punya uang.” Yong Hwa menggeruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Aigoo bagaimana mungkin pria tampan dan kaya sepertimu tidak mempunyai uang?” Shin Hye menggelengkan kepalanya. “Ayo cepat antarkan aku pulang. Aku harus bertemu appa hari ini beliau pulang,palli.” Yong Hwa merungut kesal karena tidak bisa menolak perintah Shin Hye yang menurutnya selalu bersikap seenaknya sendiri.
“arra… arra… tidak perlu mendorongku seperti itu aku bisa jalan sendiri.”
=0o0=
@PenerbitQanita. “Jadi ini rumahmu?” Yong Hwa menatap rumah besar berwarna biru itu.
“Ne, karena kamu sudah tahu rumahku jadi mulai besok kamu harus menjemputku setiap pagi untuk berangkat ke kampus arra.” Shin Hye membuka gerbang rumahnya dan berjalan masuk meninggalkan Yong Hwa yang masih terpaku ditempatnya.
“Yya aku tidak mau menjemputmu kau dengar itu.” Teriak Yong Hwa karena Shin Hye sudah semakin menjauh pergi. “Aish gadis bodoh itu, kenapa selalu seenaknya sendiri sih?” Yong Hwa berbalik berjalan meninggalkan rumah Shin Hye dengan senyum mengembang di wajah tampannya.
“Appaaaaa…” Shin Hye berlari mendekat ketika melihat sosok Park Ki So yang selama ini sangat dirindukannya. “Aku merindukanmu appa.” ujarnya sambil memeluk Ki So erat.
“Appa juga merindukanmu.” Ki So melepaskan pelukan Shin Hye dan tersenyum melihat Shin Hye yang kini terlihat begitu bahagia. “Jadi bagaimana kuliahmu? Apa semua baik-baik saja? Apa kamu sudah mendapatkan teman baru?”
“Kuliahku baik, semuanya baik appa dan aku juga sudah mempunyai teman, dua malah.” Ujar Shin hye sambil mengajungkan jarinya menunjukkan angka dua. “Dan mulai besok dia akan mejemputku untuk ke kampus.”
“Waah anak appa memang hebat, appa tidak pernah meragukanmu dalam mendapatkan teman.”
“Apa appa sudah menerima hadiahku?” Ki So mengangguk membuat Shin Hye tersenyum senang. “Apa appa akan tinggal bersamaku mulai sekarang?”
“Tentu saja, appa akan tinggal bersamamu disini. Hanya kamu satu-satunya yang appa punya jadi appaakan disini bersamamu.”
Shin Hye memeluk Ki So bahagia. “Gumawo appa.”
“Sudah… sudah sebaiknya kamu istirahat saja ini sudah malam lagipula masih banyak waktu untuk kita bersama.”
“Baiklah aku tidur dulu appa, tapi appa juga tidur ne.”
“Ne tuan putri.”
Setelah membersihkan diri sebelum tidur Shin Hye merebahkan tubuhnya di ranjang kamarnya dengan senyum riang di wajahnya. Hari ini lengkap sudah kebahagiaannya appa-nya akan tinggal bersamanya dan dia juga sudah mempunyai teman di tempat barunya.
“Ah Yong Hwa… apa besok dia menjemputku ya?” Ucapnya ketika tiba-tiba teringat Yong Hwa. “Tapi kalau dia tidak menjemputku aku tidak akan memaafkannya, akan aku beri dia pelajaran biar tahu rasa dia. Sebaiknya aku tidur dulu.” Ujarnya seraya menutup tubuhnya dengan selimut.
=0o0=
@PenerbitQanita. Matahari bersinar cukup terang pagi itu menggantikan sang rembulan menemani bumi. Shin Hye menggeliatkan tubuhnya ketika jam weker yang berisik membangunkannya dari tidur panjangnya semalam. Dengan cepat dia berjalan ke kamar mandi dan bersiap-siap ke kampusnya.
“Kau sudah siap rupanya,” Ujar Ki So saat melihat Shin Hye turun dari lantai dua kamarnya. “Kajjasarapan bersama.”
“Ne appa,” Shin Hye menarik kursi dan duduk di samping Ki So. “Kenapa appa berpakaian seperti itu?Appa tidak ke kantor?”
“Ani, hari ini appa sedang ngin di rumah saja.”
“Kalau begitu aku tidak usah ke kampus saja ne, aku ingin menemani appa disini.”
“Kamu harus ke kampus chagi, lagi pula appa punya beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan tapi itu bisa appa selesaikan dirumah karena itu appa tidak ke kantor hari ini.”
“Baiklah tapi appa harus berisrahat juga dan jaga kesehatan appa baik-baik ne.”
“Tentu tuan putri, cepat habiskan makanannya kasihan temanmu nanti menunggu lama. Bukankah kamu bilang dia kan menjemputmu?”
“ah iya, baiklah aku pergi dulu appa.” Shin Hye mencium pipi Ki So dan berlari membuka pintu ketika mendengar suara bel.
“Kau datang juga, kajja,” Shin Hye menggandeng tangan Yong Hwa selama berjalan membuat Yong Hwa menjadi risih. “Wae? Jangan heran begitu seharusnya kamu bersyukur aku mau jalan bersama denganmu.”
“Dasar gadis gila.” Umpatnya saat Shin Hye bahkan mengeratkan genggamannya di tangan Yong Hwa. Yong Hwa diam-diam tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari Shin Hye yang memang sudah disukainya sejak pertama bertemu di kapal.
“Karena hari ini kita tidak ada kelas bersama kamu harus tetap menungguku pulang arra, dan jangan merokok di atap gedung lagi.”
“Memangnya kamu siapa berani mengatur-ngaturku seperti itu?”
“Tentu saja karena aku akan menjadi yeojachingu-mu sebentar lagi.”
“Percaya diri sekali kamu.” Sinis Yong Hwa.
Shin Hye berhenti dan menatap Yong Hwa yang terlihat kebingungan. “Apa kamu percaya cinta pada pandangan pertama? Love at first sight.”
“Memangnya kenapa? Aku tidak percaya karena semua itu hanya melihat fisik semata.”
“Cinta pada pandangan pertama tidak selamanya hanya berorientasi pada fisik seseorang, tapi lebih kepada hatimu. Hatimu yang akan memilih pada siapa dia akan berlabuh tanpa melihat peampilan fisikmu. Dan sekarang aku bertemu denganmu disini, bukankah itu anugerah? Takdir Tuhan yang akan menyatukan kita berdua.”
“Apa kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu pada seorang pria?”
Shin Hye menggeleng. “Untuk apa aku malu? Aku hanya memberitahumu kalau aku menyukaimu jadi tugas akhirmu adalah mengatakan kalau kamu juga menyukaiku dan memintaku menjadi yeojacingumu. Dengan begitu tradisi yang membiasakan seorang pria mengungkapkan cintanya lebih dulu bisa kamu lakukan, bukankah aku sudah cukup baik membukakan jalan untukmu?”
“Dasar gadis gila, ak__”
“Oppa…” Sebuah suara mengagetkan Yong Hwa membuatnya berbalik menatap sosok gadis berkulit putih yang kini berada di depannya.
“Yuki-ya, ba… bagaimana kamu bisa berada disini? Bukankah kamu berada di Jepang”
“Aku memutuskan untuk mencarimu jadi mulai sekarang kita memiliki lebih banyak waktu bersama seperti dulu.” Shin Hye menatap gadis di depannya dengan tatapan heran karena wajahnya terasa begitu familir.
“Ayo ikut aku,” Yong Hwa menarik tangan gadis itu menjauh dari Shin Hye yang masih menatapnya keheranan. “Apa maksud ucapanmu itu? Aku sudah bilang aku tidak menyukaimu untuk apa kamu datang kemari?”
“Aku juga sudah bilang akan berhenti kalau oppa menunjukkan kalau oppa mencintai gadis lain seperti yang selalu oppa katakan padaku.”
“Dasar keras kepala, tidak tahu malu.”
“Untuk mendapatkan kebahagiaan bukankah kita harus mengorbankan apa saja yang kita mampu. Aku yakin oppa adalah kebahagiaanku jadi apa salahnya aku berusaha mendapatkanmu oppa.”
“Aish kalian membuat kepalaku sakit.” Yong Hwa berjalan meninggalkan Yuki yang masih menatapnya dengan senyum di wajahnya. Mereka memang sudah dijodohkan sejak dulu dan kini saat Yuki yakin akan arti kehadiran Yong Hwa dalam hidupnya dan dia tidak menyerah untuk mendapatkannya.
=0o0=
Yong Hwa menatap tajam sosok pria paruh baya yang kini berdiri di depannya. Jelas terlihat tatapan ketidaksukaan Yong Hwa pada pria itu. Pria yag telah menyia-nyiakan ibunya bahkan sampai detik-detik terakhir ibunya meninggal.
“Apa yang kamu lakukan disini?”
“Panggil aku appa,” Koreksinya. “Kamu memang tidak pernah berubah, tidak punya sopan santun sama sekali.”
“Tidak perlu bersikap sopan padamu, jadi katakan saja tujuanmu datang kemari.”
Tuan Jung tersenyum kecut melihat sifat yong Hwa yang tidak jauh berbeda dengannya, keras kepala dan pantang menyerah. berbicara dengan Yong Hwa membuatnya seperti sedang bercermin melihat sifatnya sendiri.
“Appa ingin melaksanakan pertunanganmu dengan Yuki dalam waktu dekat. Tuan dan nyonya Choi juga sudah berada di Korea untuk melakukan proses pertunangan itu.”
“Appa melakukan semua itu tanpa bertanya padaku lebih dulu?” Tanya Yong Hwa kesal. “Ini hidupku aku berhak mengatur hidupku sendiri.”
“Tapi kamu anakku jadi kamu harus mendengar apa yang aku katakan.”
“Aku tidak pernah mau mempunyai appa sepertimu, lagipula sejak appa menyia-nyiakan eomma aku sudah tidak punya appa lagi.”
“Jaga bicaramu Jung Yong Hwa.” Teriak tuan Jung.
“Wae? Tidak suka aku mengatakan hal itu? Tidak suka aku mengatakan kalau kau memang penyebab kematian eomma?” Sinis Yong Hwa. “Dengar appa sampai kapanpun aku aku tidak akan pernah menuruti keinginan orang sepertimu.”
‘Plaaaakk’
“Jaga bicaramu pada orangtuamu sendiri.”
Yong Hwa tersenyum sinis sambil memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan tuan Han. “Apa hanya ini yang bisa appa lakukan?” Tanyanya. “Kenapa tidak sekalian saja membunuhku seperti appa membunuh eomma?” Teriaknya. “Dengar ya tuan Jung yang terhormat, aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu.” Ujar Yong Hwa dan berjalan pergi keluar dengan membanting pintu rumahnya. Tuan Jung hanya bisa menatap tubuh Yong Hwa yang menghilang dibalik pintu.
=0o0=
Shin Hye menajamkan pendengarannya ketika samar-samar mendengar suara ketukan dari pintu rumahnya, diliriknya jam weker di samping tempat tidurnya yang menunjukkan sudah tengah malam. Suara ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas dan lebih sering.
“Aish siapa sih yang mengetuk pintu tengah malam begini? benar-benar tidak tahu waktu,” Gerutu Shin Hye sambil berjalan keluar kamar untuk membukakan pintu. “Apa yang ka__” Ucapan Shin Hye langsung terhenti ketika menyadari tubuhnya telah berada dalam dekapan hangat seorang pria. Shin Hye tahu siapa pria itu, Shin Hye sudah sangat menghapal aroma pria itu, aroma maskulin yang entah sejak kapan begitu di sukainya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Shin Hye berusaha melepaskan diri dari pelukan Yong Hwa saat sadar atas apa yang Yong Hwa lakukan.
“Jangan melepaskan pelukanku, biarkan seperti ini sebentar saja.” Shin Hye terdiam, nada suara Yong Hwa terdengar begitu sedih dan kecewa.
“Kita masuk dulu ne, aku akan membuatkan teh hangat untukmu.”
“Shireo, jangan pergi aku mohon,” Pinta Yong Hwa sambil kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Shin Hye.
“Aku mencintaimu, aku mencintaimu Park Shin Hye,” Shin Hye mendongakkan kepalanya menatap Yong Hwa yang masih memeluknya. “Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu di kapal. Kamu mungkin menganggapku berbohong hanya melihatmu dari fisik semata, tapi tidak… aku mencintaimu karena hatiku telah memilihmu, memilih untuk mencintaimu. Shin Hye-ya inilah ungkapan hatiku, perasaanku yang selama ini aku rasakan padamu. Aku berjanji akan menjaga, membahagiakanmu dan tidak akan pernah menyia-nyiakanmu seumur hidupku.”
Shin Hye melepaskan pelukan Yong Hwa dan menatap Yong Hwa yang terlihat begitu kacau. Entah apa yang terjadi tapi ini pertama kalinya dia melihat Yong Hwa dalam keadaan seperti ini, terlihat begitu lemah dan rapuh. “Apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja?”
“Aku mencintaimu,” Ujar Yong Hwa tanpa menggubris pertanyaan Shin Hye, diraihnya tangan Shin Hye dan menggenggamnya erat. “Aku mencintaimu… percayalah padaku. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakanmu seumur hidupku.”
“Yong__”
“Saranghae Park Shin Hye, Jeongmal Saranghaeyo.” Shin Hye menatap manik mata Yong Hwa, berusaha mencari kebohongan dari tatapan mata itu, tapi tidak… dia tidak menemukan sedikitpun kebohongan dari mata Yong Hwa. “Aku mencintaimu Shin Hye-ya, aku sangat mencintaimu.” Ujar Yong Hwa berusaha menyakinkan Shin Hye.
Shin Hye merangsek kedalam dekapan hangat Yong Hwa. “Aku juga mencintaimu Yong, aku sangat mencintaimu.” Ujarnya bahagia. Yong Hwa tersenyum dan mencium puncak kepala Shin Hye lembut, menyampaikan betapa bersyukurnya dia mendapatkan gadis itu, gadis yang tidak akan pernah disia-siakannya seumur hidupnya.
‘Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku akan menjagamu dan merawatmu, membuatmu bahagia sepanjang umurmu. Aku tidak akan mencintaimu seperti cara appa, aku akan mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku mencintaimu Park Shin Hye.” Batin Yong Hwa.
=0o0=
@PenerbitQanita. “Itu… Bukankah itu Choi Yuki? Model terkenal di Jepang.” Ujar seorang mahasiswa yang melihat Yuki tengah bersandar di samping mobil hitamnya dengan kacamata hitam bertengger manis di hidung mancungnya. “Kau Choi Yuki kan?” Tanyanya setelah berada di depan Yuki. Yuki mengangguk, membuka kacamatanya dan tersenyum melihat beberapa mahasiswa yang kini sudah mengerubunginya.
“Bolehkan kami meminta tanda tangan dan berfoto denganmu?”
“Tentu saja, silahkan.” Beberapa mahasiswa segera mendekat menanti giliran untuk berfoto bersama Yuki yang sangat ramah dan tidak henti-hentinya tersenyum pada mereka.
“Dia siapa sih?” Tanya Shin Hye saat melihat Yuki tengah dikerubungi banyak orang. “Aku seperti pernah melihatnya.”
“Dia gadis yang aku ceritakan padamu. Gadis yang dijodohkan appa dan dia model di Jepang jadi wajar saja kamu merasa pernah melihatnya saat tinggal di Jepang dulu.” Ujar Yong Hwa saat melihat Yuki yang dikerubungi mahasiswa di kampusnya. Dia bukan tidak menyukai Yuki, Yuki gadis yang baik dan tentu saja tidak akan ada pria mana pun yang menolaknya. Tapi selama ini dia hanya menganggap Yuki adiknya tidak lebih dari itu karena mereka memang tumbuh bersama.
“Dia gadis yang cantik, kenapa kamu malah tidak menyukainya?”
Yong berpaling menatap Shin Hye yang masih menatap Yuki dengan kagum. “Aku sudah bilang padamu bukan aku yan memilihmu tapi hatiku, hatiku yang memilih siapa yang akan dicintainya seperti itulah yag aku rasakan. Lagipula cinta tidak bisa dipaksakan, aku tidak bisa mencintainya disaat hatiku hanya memilihmu. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan hal itu padaku saat kamu bilang kamu menyukaiku? Lalu kenapa kamu malah menanyakan hal ini?”
“Yong, aku__”
“Sssttt,” Yong Hwa menempelkan jarinya di bibir Shin Hye untuk menyuruhnya berhenti bicara. “Jangan katakan apapun karena yang aku cintai hanya kamu.” Ujar Yong Hwa menyakinkan Shin Hye. Shin Hye mengangguk percaya dengan apa yang Yong Hwa katakan.
“Mianhae aku rasa cukup untuk saat ini, aku harus pergi.” Yuki tersenyum melihat Yong Hwa yang berdiri tidak jauh darinya. “Oppa,” Ujarnya merangkul lengan Yong Hwa manja, tanpa memperdulikan Shin Hye yang menatapnya kesal. “Ayo pergi, aku ingin jalan-jalan bersamamu.” Diliriknya Shin Hye yang terlihat kesal melihat tingkahnya.
“Aku masih ada kuliah.”
“Jangan berbohong padaku oppa, aku sudah tahu jadwal kuliahmu hari ini, kajja.” Yuki menarik tangan Yong Hwa tanpa memperdulikan Shin Hye. Beberapa mahasiswa menatap iri pada Yong Hwa yang terlihat begitu dekat dengan Yuki.
“Aku akan menyelesaikan masalah ini, jadi tunggu aku.” Ujar Yong Hwa sebelum Yuki menariknya semakin menjauh dari tempat Shin Hye berdiri.
“Oppa yang menyetir ne.” Yuki segera masuk kesamping kemudi dan membiarkan Yong Hwa duduk dibelakang kemudi mobil. Yuki menyandarkan kepalanya di bahu Yong Hwa dan sesekali memejamkan matanya, menghirup aroma maskulin pria itu sepuas hatinya. Yong Hwa menghentikan mobilnya di pinggir jalan sebuah taman di pusat kota Seoul.
“Ada yang ingin aku katakan padamu,” Ujar Yong Hwa.
“Katakan saja, aku akan mendengarnya oppa.” Jawab Yuki yang masih menyandarkan kepalanya di bahu Yong Hwa.
Yong Hwa menarik napas panjang kemudian menatap Yuki yang terlihat begitu bahagia saat bersandar padanya. “Apa yang membuatmu menerima perjodohan ini?”
“Tentu saja karena aku mencintaimu oppa. Selama ini oppa selalu bersikap baik padaku, selalu menjagaku dan menemaniku karena itu aku mencintaimu.”
“Kamu yakin dengan perasaanmu padaku saat kamu sendiri belum pernah mencoba dekat dengan pria lain?” Tanya Yong Hwa. “Aku bukan pria yang pantas untukmu, kamu pasti akan mendapatkan pria lain yang akan menjaga dan menemanimu seperti yang kamu inginkan.”
Yuki mengangkat kepalanya dan menatap Yong Hwa heran. “Apa maksud ucapanmu itu oppa?”
“Aku mencintai gadis lain Yuki, mianhae.” Lirih Yong Hwa. “Aku berharap kamu mengerti dan menerima keputusanku ini, izinkan aku untuk bahagia dengan cintaku.”
“Tapi aku juga mencintaimu oppa, kenapa oppa tidak mencoba kebahagiaan itu denganku? Aku yakin aku bisa membahagiakanmu seperti oppa membahagiakanku dulu.”
“Yuki-ya… dengarkan aku,” Yong Hwa memegang kedua pundak Yuki dan menatapnya. “Cinta itu tidak bisa dipaksakan kau tahu sendiri kan? Aku mencintai gadis lain dan aku yakin kamu akan menemukan pria lain yang lebih baik dariku.”
“Gadis yang oppa cintai apakah gadis yang aku lihat kemarin dan berdiri disampingmu tadi?”
“ne.” Yong Hwa mengangguk mengiyakan.
“Oppa, apa yang kau lihat darinya? Aku lebih cantik dan aku sudah mengenalmu lebih dulu, sedangkan dia…dia baru saja mengenalmu. Aku yakin dia bahkan tidak tahu banyak tentang oppa, apa yang oppa sukai dan tidak. Kenapa bukan aku oppa, kenapa harus dia?” Isak Yuki, air matanya turun membasahi pipinya.
“Kita tidak pernah bisa memaksakan perasaan kita Yuki-ya. Aku mencintai Shin Hye.”
“Aku tidak bisa hidup tanpamu oppa.”
“Tidak… aku tahu kamu bisa. Aku tahu kamu gadis yang kuat, kamu akan menemukan pria yang juga akan mencintaimu, pria yang lebih baik dariku. Percayalah padaku.” Yuki kembali menangis kencang membuat Yong Hwa semakin tidak tega melihatnya. “Yuki aku mohon mengertilah.”
Yuki terdiam, Yong Hwa memang benar cinta tidak bisa dipaksakan, dan dia tahu itu. tapi dia juga tidak akan bisa menemukan pria lain yang lebih baik dari Yong Hwa, dia tidak akan mencintai pria lain selain Yong Hwa dan tidak ada pria lain yang lebih baik dari Yong Hwa… tidak akan ada. Tapi bagaimana dengan Yong Hwa? Bagaimana dengan kebahagiaan Yong Hwa? Dia tidak akan tega membiarkan Yong Hwa terjebak bersamanya dalam hubungan yang bertepuk sebelah tangan.
“Aku mengerti, pergilah. Temui dia dan katakan kalau oppa mencintainya.” Ujar Yuki sesenggukan. “Tapi kalau gadis itu tidak bisa membuatmu bahagia aku akan merebutmu darinya, aku akan membuatmu kembali padaku dan mencintaiku dan jika saat itu tiba aku tidak akan pernah mau merelakanmu untuknyaoppa, tidak untuknya atau gadis lain juga.”
Yong Hwa tersenyum manis pada Yuki, senyum kelegaan karena Yuki menerima semua penjelasannya. “Gumayo Choi Yuki.” Bibirnya mencium pelan kening Yuki menyampaikan rasa terima kasihnya pada gadis itu. “Aku pergi ne, sekali lagi terimakasih.” Yong Hwa segera keluar dan berlari menjauh meninggalkan Yuki yang kembali beruarai air mata. Pandangannya kabur karena air mata yang kini membasahi wajahnya. Sejenak dia berpaling dari sosok Yong Hwa yang kini akan menyebrang jalanan. Tapi seketika matanya membulat lebar ketika menyadari sebuah mobil kini melaju dengan kecepatan tinggi mengarah pada Yong Hwa yang tengah menyebrang jalan.
“Awaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss…” Yuki keluar dari mobil dan berlari dengan kencang mendorong tubuh Yong Hwa ke seberang jalan sementara dia sudah tidak sadarkan diri dengan darah segar mengalir dari tubuhnya karena terlindas ban mobil itu.
Yong Hwa menahan sakit ditubuhnya akibat dorongan keras yang tiba-tiba, dilihatnya beberapa orang berlari mendekat tapi bukan kearahnya melainkan ke arah mobil yang berhenti tidak jauh darinya, membuatnya tersadar apa yang baru saja terjadi, Yong Hwa mengamati tubuhnya tidak ada cacat sedikitpun, kenapa dia baik-baik saja? Bukankah seharusnya dia ditabrak mobil itu? Yuki… Choi Yuki.
Yong Hwa berjalan tertatih kearah kerumunan dan menyibak kerumunan itu dengan tergesa-gesa dan khawatir karena apa yang kini dipikirkannya. Tubuhnya terkulai lemah menyadari apa yang kini dilihatnya. Yuki… gadis itu tidak sadarkan diri dengan kaki yang berlumur darah.
“Yuki, bangunlah,” Ujarnya seraya mengangkat kepala Yuki ke atas pangkuannya. “Choi Yuki banguuun… aku mohon.” Teriaknya sambil menepuk pipi Yuki yang bahkan tidak membuka matanya sedikit pun.
“Choi Yuki aku mohon,” Isaknya sedih melihat tubuh gadis itu terkulai lemah di pangkuannya, dengan cepat Yong Hwa membopong tubuh Yuki dalam dekapannya. “Bertahanlah Yuki, bertahanlah.” Ujarnya sambil melarikan Yuki ke rumah sakit yang berada tidak jauh dari tempat itu.
=0o0=
Yong Hwa berjalan mondar-mandir tidak sabar di depan ruang ICCU karena sudah hampir 1 jam Yuki menjalani pemeriksaan dan sampai sekarang dokter belum keluar dan memberi kabar tentang keadaan Yuki.
“Yeobo bagaimana dengan anak kita?” Nyonya Choi terlihat tidak henti meneteskan air mata, mengkhawatirkan keadaan Yuki yang belum diketahuinya juga sampai sekarang.
“Tenanglah sayang, semua akan baik-baik saja.” Tuan Choi mengelus punggung istrinya berusaha menenangkannya.
“Siapa keluarga dari pasien?” Tanya dokter yang baru keluar dari ICCU.
“Kami dokter,” Tuan dan nyonya Choi segera menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat Yuki. “Bagaimana keadaan anak kami dokter.” Tanya Tuan Choi.
“Nyawa anak anda berhasil di selamatkan hanya saja kami tidak bisa menyelamatkan kakinya. Ban mobil itu melindas kakinya membuat tulang-tulangnya remuk, mianhae anak anda mengalami kelumpuhan.”
“Mwo? Lumpuh,” Nyonya Choi menutup mulutnya menahan suara tangis yang pecah karena berita yang baru saja di dengarnya. “Bagaimana dengan anak kita yeobo, bagaimana dengan dengan Yuki.” Ujarnya sambil menarik baju suaminya yang juga terlihat sangat kaget dengan apa yang didengarnya.
Yong Hwa merasakan tubuhnya merosot jatuh, membuatnya bisa merasakan dinginnya lantai rumah sakit. Yuki… Gadis itu harus mengalami kelumpuhan karena menyelamatkannya, seharusnya dia yang berada disana bukan Yuki. Seharusnya dia yang ditabrak dan lumpuh, bukan gadis berhati lembut itu. Yuki… Choi Yuki… apa yang harus aku lakukan untukmu? Apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu? Maafkan aku Yuki, maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini.
=0o0=
@PenerbitQanita. Gadis itu mengerjapkan matanya, melihat sekeliling ruangan tempatnya kini berada. Putih… itulah yang di tangkap oleh penglihatannya pertama kali saat berhasil membuka matanya. Apa itu artinya dia sudah mati? Apa itu artinya dia ada di surga?.
Yuki menggelengkan pandangannya dan menemukan kedua orang tuanya yang tengah tertidur di sofa kamarnya. “Appa, eomma.” Suaranya terdengar serak dan berat karena efek dari lamanya dia tidur. “Appa… Eomma.” Ulangnya kali ini terdengar lebih jelas.
Nyonya Choi bangun ketika mendengar panggilan Yuki yang kedua. “Sayang kamu sudah sadar.” Ujarnya seraya berjalan menghampiri Yuki yang terlihat masih lemah. “Minumlah, eomma yakin kamu haus.” Ucapnya sambil membantu Yuki minum.
“Kamu sudah bangun? appa panggil dokter dulu ne.” Tuan Choi keluar kamar dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Yuki.
“Bagaimana keadaan Yong Hwa oppa,” Tanya Yuki.
“Kenapa kamu malah menanyakannya? Seharusnya kamu mengkhawatirkan keadaanmu chagi.” Ucap nyonya Choi sambil mengusap pelan keringat yang membasahi kening Yuki.
“Oppa tidak apa-apakan eomma?”
“Dia baik-baik saja,” Ujar nyonya Choi, tersirat ketidaksukaannya saat Yuki menanyakan tentang Yong Hwa, Yong Hwa yang membuat Yuki seperti ini dan pria itu harus bertanggung jawab atas apa yang telah menimpa anaknya.
“Permisi nyonya, kami harus memeriksa keadaan anak anda dulu.” Ujar dokter yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat Yuki.
“Bagaimana keadaan saya dokter?” Tanya Yuki saat dokter mulai memeriksanya.
“Keadaan anda sudah lebih baik, tensi dan denyut nadi anda juga sudah normal.” Ujar dokter sambil tersenyum menatap Yuki.
Yuki mengangguk dan berusaha bangun dari tidurnya tapi tidak bisa. Bagian bawah tubuhnya terasa mati rasa dan kaku. Wajah Yuki seketika tegang dengan apa yang baru saja dialaminya. Yuki kembali berusaha mengerakkan kakinya, tapi hasilnya sama. Ditatapnya orang-orang yang berada di sekelilingnya yang terlihat begitu tegang dengan apa yang baru saja dilakukannya. Disibakkannya selimut yang menutupi kakinya dan seketika tersentak kaget dengan apa yang dilihatnya.
“Apa ini? Apa yang terjadi padaku.” Isak Yuki, dia menggelengkan kepalanya tidak percaya melihat kakinya yang sama sekali tidak bisa digerakkan. “Katakan apa yang terjadi padaku?” Teriaknya histeris.
“Appa… eomma, kakiku…”
“Chagi…” Nyonya Choi segera memeluk tubuh Yuki yang terlihat begitu kaget dengan apa yang di alaminya. Air matanya merangsek keluar ketika mendengar jeritan penuh kepedihan dari putri semata wayangnya. Putri yang sangat disayangi itu. “Uljima chagi… uljima.”
Langkah Yong Hwa terhenti ketika mendengar suara tangis dari dalam kamar Yuki. Hatinya terasa tersayat mendengar tangis kepedihan itu. Ini karenanya, ini salahnya. Seharusnya bukan yuki yang disana, seharusnya bukan Yuki yang menderita seperti itu. Yuki… Choi Yuki mianhae…
=0o0=
@PenerbitQanita. Yong Hwa mendongakkan kepalanya saat melihat dokter dan beberapa perawat keluar dari kamar Yuki setelah memberikannya obat penenang.
“Terimakasih dokter.” Nyonya Choi membungkuk berterimakasih pada dokter yang telah merawat Yuki.
“Jaga dia dengan baik nyonya. Dia sangat syok dengan apa yang baru saja menimpanya. Tetaplah berada disisinya dan berikan dukungan anda, saat ini yang diperlukan Yuki adalah dukungan dari orang-orang yang menyayanginya.” Nyonya Choi mengangguk. “Baiklah saya pergi dulu, silahkan panggil kami kalau ada apa-apa.”
“Ne dokter… khamsahamnida” Nyonya Choi membungkuk sambil mengucapkan terimakasihnya. Dia berbalik dan beranjak masuk kedalam kamar Yuki tapi seketika terhenti ketika melihat sosok Yong Hwa yang tengah duduk di kursi yang berada di samping kamar Yuki.
“Yong Hwa, kita bisa bicara.”
Yong Hwa mendongak menatap nyonya Choi yang kini berada tepat di depannya. “Ne.” ujarnya seraya mengikuti langkah nyonya Choi kearah taman rumah sakit.
“Kamu sudah tahu kan bagaimana keadaan Yuki saat ini?” Tanya nyonya Choi saat mereka tengah duduk di taman rumah sakit. “Yuki tidak bisa menerima keadaannya saat ini, maukah kamu menemani dan menguatkannya? ahjumma benar-benar tidak tega melihatnya, hanya kamu yang dicintai Yuki dan ahjummayakin kehadiranmu akan bisa membuatnya kembali bersemangat dan menerima keadaan yang sudah menimpanya.”
“Tapi ahjumma aku tidak mencintai Yuki, selama ini aku mengganggap Yuki seperti adikku sendiri.” Elak Yong Hwa.
“Jangan egois kamu Jung Yong Hwa,” Ujarnya seraya menatap sinis pada Yong Hwa yang terlihat kaget karena ucapannya. “Yuki seperti ini karena menyelamatkanmu, sudah sepantasnya kamu menjaga dan merawatnya saat dia sudah berkorban untukmu. Seharusnya kamu berpikir bagaimana keadaannya, bagaimana karirnya setelah semua ini menimpanya. Ahjumma tidak meminta banyak… ahjumma hanya memintamu bertanggung jawab atas apa yang menimpa Yuki dan kamu harus melakukannya, ahjumma tidak mau tahu.”
=0o0=
@PenerbitQanita. Yong Hwa memasuki kamar Yuki dengan pikiran yang berkecamuk. Di tatapnya wajah Yuki yang terlihat begitu damai saat dia tertidur. Diraihnya tangan Yuki dan digenggamnya erat membuat Yuki perlahan membuka matanya.
“Apa oppa mengganggu tidurmu? Mianhae.”
“Aniyo aku senang oppa ada disini,” Yuki berusaha bangun dari tidurnya tapi itu justru membuatnya meringis kesakitan.
“Tidak usah bangun, tidur saja. Tubuhmu masih lemah.”
“Ani, aku tidak mau. Aku tidak mau tidur saat oppa ada didekatku. Bagaimana kalau nanti oppa pergi saat aku bangun? Aku tidak mau tidur.” Ujar Yuki bersikeras.
“Yuki,” Ujar Yong Hwa lembut, diusapnya tangan Yuki yang dipasangkan selang infus. “Oppa akan berada disisimu percayalah. Oppa janji saat kamu bangun nanti oppa akan tetap berada disini,”
“Jeongmal?” Yong Hwa mengangguk, berusaha tersenyum pada Yuki. “Baiklah aku tidur ne, tapi oppaharus berjanji akan ada disini saat aku bangun nanti.”
“Ne oppa janji.”
Yuki tersenyum dan kembali memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Hampir delapan jam Yuki tertidur dengan pulas, matanya perlahan terbuka. Diliriknya ke samping dan tersenyum ketika menemukan Yong Hwa yang masih berada disana. Yong Hwa tertidur dengan kepala yang disandarkan di tempat tidur Yuki. Yuki menatap Yong Hwa, pria yang sangat dicintainya, pria yang selalu melindungi dan menjaganya sejak kecil. Tangan Yuki perlahan terulur menyingkirkan rambut yang menutupi wajah tampan Yong Hwa.
Yong Hwa mengerang pelan ketika menyadari sebuah tangan mengusap wajahnya. “Kamu sudah bangun? Minumlah dulu.” Yong Hwa memberikan gelas berisi air pada Yuki dan membantunya untuk minum. “Apa kamu ingin sesuatu?”
Yuki mengangguk dan menunjuk buat apel yang terletak di meja samping kasurnya. “Aku ingin makan itu.”
“Baiklah, oppa kupaskan dulu ne.” Yong Hwa mengambil apel yang diinginkan Yuki dan mengupasnya.
“Appa dan eomma kemana? Kenapa mereka tidak menungguku disini?”
“Mereka pulang sebentar untuk mengambilkan beberapa bajumu.” Jawab Yong Hwa sambil mengupas apel yang dipegangnya.
“Oppa.. apa aku boleh bertanya?” Yong Hwa mengangguk. “Bagaimana dengan Shin Hye eonni, apa dia tahu oppa ada disini?”
Pertanyaan Yuki membuat Yong Hwa terdiam menghentikan kegiatannya. Pikirannya menerawang pada Shin Hye. gadis yang dicintainya saat pertama kali mereka bertemu.
Flashback
Yong Hwa berjalan ke luar kapal saat kapten kapal mengumumkan bahwa mereka akan segera tiba di Korea. Disandarkan tubuhnya pada pembatas kapal yang sebentar lagi akan merapat di tanah kelahiran ibunya. Yong Hwa memejamkan mata dan mencondongkan tubuhnya melewati pembatas kapal, menghirup aroma asin laut yang terasa begitu menyegarkan untuknya.
Perlahan air mata menetes dari matanya, dia benci menangis dan dia tidak pernah suka menangis. Tapi setiap mengingat ibunya entah apa yang terjadi, kesedihan itu berhasil mengusai hatinya membuatnya menjadi rapuh, tanpa menyisakan ketegaran yang selama ini dimiliknya.
Kehilangan ibu membuatnya benar-benar hancur dan kenyataan bahwa ayahnya menjadi penyebab kepergian ibunya semakin menambah rasa sakit yang dirasakannya. Yong Hwa perlahan membalikkan badannya, tersentak kaget ketika menyadari seorang gadis bertubuh mungil tengah menatapnya dengan tatapan heran dan tentu saja kasihan. Dengan cepat Yong Hwa mengusap air mata yang membasahi wajahnya dan menatap gadis itu dengan tatapan tidak sukanya. Dia tidak suka saat dilihat orang dalam keadaan lemah seperti ini.
Tapi gadis ini lain, gadis ini berbeda. Gadis ini membuat jantungnya berdetak tidak karuan, mengalun seperti alunan musik yang justru terdengar kacau. Teori tentang kecepatan jantung berdetak sepertinya tidak berlaku lagi karena jantungnya justru semakin berdetak kencang saat gadis itu semakin mendekat kearahnya.
“Shin Hye agashi di luar sangat dingin, sebaiknya anda masuk. Sebentar lagi kita akan sampai di Korea.” Seorang pria berjas hitam tiba-tiba datang membuat gadis itu menoleh menatapnya. Yong Hwa segera berlari pergi, bersembunyi di balik tembok sambil memegang dadanya berusaha menetralkan jantungnya yang masih berdetak tidak karuan.
“Gadis itu… apa yang telah dilakukannya padaku? Kenapa jantungku jadi seperti ini.” Ujar Yong Hwa setelah berada dibalik tembok. Di intipnya gadis itu yang terlihat celingukan mencari keberadaanya, Yong Hwa kembali menarik tubuhnya bersembunyi lebih dalam agar gadis itu tidak menemukannya.
“Apa aku mencintainya? Apa ini yang dinamankan cinta pada pandangan pertama?” Tanya Yong Hwa saat berhasil mengusai detak jantungnya. “Kenapa rasanya begitu bahagia saat aku melihatnya. Shin Hye… Gadis itu bernama Shin Hye, aku akan mendapatkannya. Aku akan mendapatkan cintanya.” Ucap Yong Hwa dengan senyum yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan.
Flasback End
“Oppa,” Panggil Yuki, sudah berkali-kali dia memanggil Yong Hwa tapi tidak digubris sama sekali oleh Yong Hwa.
“Oppa,” Ulangnya saat melihat Yong Hwa masih sibuk dengan lamunannya setelah dia menyebut nama Shin Hye. “Oppa.” Panggil Yuki kali ini lebih keras dan membuat Yong Hwa tersentak kaget. “Apa yang oppapikirkan? Oppa memikirkan Shin Hye eonni?”
“Ani… Aniyo,” Yong Hwa menggeleng dan kembali mengupas apel ditangannya.
Yuki memegang tangan Yong Hwa, membuat Yong Hwa menatapnya keheranana. “Pergilah, temui Shin Hye eonni. Jangan korbankan perasaan oppa karena rasa bersalah. Aku tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja.”
Yong Hwa menggeleng pelan dan memegang tangan Yuki, meremasnya pelan. “Tidak… oppa akan menjagamu, oppa akan disampingmu dan menemani selamanya.”
“Tapi bagaimana dengan kebahagian oppa, bagaimana dengan perasaan oppa.”
“Saat ini yang terpenting adalah kamu, jangan memikirkan apapun. Oppa akan menjaga dan merawatmu seperti yang selalu oppa lakukan selama ini.”
“Oppa, saranghae.” Yong Hwa tersenyum dan meraih tubuh Yuki dalam pelukannya tanpa menjawab pernyataan Yuki. Dia memang akan menjaga dan merawat Yuki tapi dia tidak akan pernah bisa mencintai Yuki seperti dia mencintai Shin Hye. Shin Hye… Gadis itu akan selalu ada dihatinya, menempati ruang terdalam dihatinya, tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun dan sampai kapanpun.
‘Mianhe Shin Hye-ya.’ Batin Yong Hwa.
=0o0=
@PenerbitQanita. Seminggu sudah berlalu sejak Yong Hwa pergi bersama Yuki saat itu. dan sudah sejak saat itu Shin Hye kehilangan kontak dengannya. Dia sudah berusaha berkali-kali menghubungi Yong Hwa bahkan mencari ke rumahnya tapi hasilnya nihil, Yong Hwa bahkan tidak ada di rumahnya. Yong Hwa menghilang begitu saja tanpa pernah muncul di depan Shin Hye sekalipun.
“Apa kamu sudah dengar kalau model Jepang bernama Choi Yuki mengalami kecelakaan?” Sebuah suara membuat Shin Hye tersentak kaget saat menikmati makanannya. Dia berusaha menajamkan telinganya, mendengar pembicaraan beberapa yang duduk di sampingnya.
“Iya kasihan sekali Yuki, kecelakaan itu menyebabkannya lumpuh. Dan yang aku dengar dia mengalami kecelakaan karena menolong Yong Hwa, bagaimana dengan karir dia selanjutnya ya?” Timpal gadis yang terlihat lebih kurus dari yang lainnya.
“Jeongmal?” Tanya salah satu gadis yang duduk bersama dengan mereka.
“Iya, tapi syukurlah ada Yong Hwa yang selalu menemaninya selama di rumah sakit. Dia tidak lari dari tanggung jawabnya karena bagaimana pun juga Yuki mengalami kejadian ini karena berniat menyelamatkannya.” Jawab gadis kurus itu.
“Aku setuju denganmu, aku percaya Yong Hwa akan merawat Yuki dengan baik. Bukankah mereka memang akan segera menikah tahun depan, jadi tidak masalah buat Yong Hwa merawat Yuki.” Ujar gadis berambut panjang.
Shin Hye tertegun mendengar apa yang baru saja di dengarnya. Karena inikah Yong Hwa menghilang selama ini? Dia harus merawat Yuki hanya karena rasa bersalah? Tidak… dia tidak akan membiarkannya, Yong Hwa hanya mencintainya dan dia tahu itu. Dia akan membawa Yong Hwa kembali kepadanya, menghilangkan beban yang dirasakan Yong Hwa selama ini.
Shin Hye berdiri diam di depan kamar rawat Yuki. Diketuknya pintu kamar itu pelan tapi tidak ada jawaban, dia mencoba lagi sampai tiga kali tapi tetap tidak ada jawaban sama sekali. Perlahan di bukanya pintu kamar itu tapi tidak dilihatnya siapa pun berada disana. Shin Hye mengedarkan pandangannya memeriksa ruangan itu sambil sesekali memanggil nama Yuki, tapi kamar itu kosong tidak ada orang sama sekali.
Shin Hye berlari keluar kamar mencari Yuki tapi tidak ditemukannya, tatapannya terpaku pada sebuah kain putih yang sekilas berbelok di sebuah pintu. Shin Hye dengan cepat berlari kearah pintu dan tersentak kaget ketika melihat Yuki tengah berusaha melewati pagar pembatas atap gedung dengan memanjat.
“Yya apa yang kau lakukan eoh?” Teriak Shin Hye sambil berusaha meraih tangan Yuki yang sudah berada di tembok itu.
“Lepaskan aku, lepaskan,” Isak Yuki dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. “Lepaskan tanganku.” Ujarnya, tubuhnya merosot lemah membuat Shin Hye merasakan kesedihan yang kini dirasakan Yuki saat ini.
“Yuki sadarlah,” Ucap Shin Hye berusaha menyadarkan Yuki yang terlihat begitu putus asa.
“Apa perdulimu padaku eoh? Aku sudah tidak punya apa-apa lagi, semuanya sudah hilang.” Teriak Yuki histeris. “Lihat kakiku, aku bahkan sudah tidak bisa berjalan, apa lagi yang aku miliki?” Yuki terlihat sesenggukan menahan air matanya yang mengalir semakin deras.
“Yong Hwa oppa bahkan lebih memilihmu dari aku. Aku mengenalnya lebih dulu darimu, tapi kenapa dia memilihmu? kenapa bukan aku? Kenapa harus kamu?” Shin Hye terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. “Lepaskan aku, biarkan aku mati. Tidak ada gunanya aku hidup, semuanya sudah berakhir. Biarkan aku mati… Biarkan aku mati.” Teriaknya histeris.
“Yuki…”
“Kau tahu, aku memang bisa memiliki Yong Hwa oppa disampingku, aku bahagia saat dia menemaniku dan menjagaku seperti dulu tapi aku tidak pernah bisa memiliki dia seutuhnya. Aku tidak pernah merasakan dia memperlakukanku sepenuh hatinya. Tubuhnya mungkin ada disampingku tapi hatinya… Hatinya selalu tertuju padamu. Aku tahu dia mencintaimu, aku tahu dia merindukanmu, aku sering mendengarnya menyebut namamu dalam tidurnya. Tapi apa salah kalau aku juga menginginkannya untukku? Apa yang kamu miliki? Pesona apa yang kamu miliki sampai membuat Yong Hwa oppa begitu begitu mencintaimu eoh?”
“Yuki…” Shin Hye menutup bibirnya menahan tangis yang mendesak keluar. Dia tidak menyangka keadaan Yuki seperti ini, dia tidak tahu Yuki begitu mencintai Yong Hwa. Hanya Yong Hwa yang diinginkannya dan dia dengan teganya berniat memisahkan Yong Hwa dan Yuki. Gadis lemah yang bahkan kini berniat mengakhiri hidupnya karena dirinya.
“Aku benci diriku, aku benci karena Yong Hwa oppa bukan mencintaiku tapi mencintamu. Aku benci semuanya, biarkan aku mati.” Isak Yuki, suaranya terdengar begitu sedih, kesedihan yang akan membuat siapa saja yang mendengarnya akan ikut menangis bersamanya.
“Yuki…” Pintu atap gedung tiba-tiba terbuka menampakan sosok beberapa orang yang terlihat begitu khawatir, Shin Hye menangkap sosok pria yang selama ini dirindukannya juga berada disana. Wajahnya terlihat begitu khawatir melihat Yuki yang terduduk lemah di lantai.
“Yuki-ya gwencahanayo?” Tanya Yong Hwa ketika berada di samping Yuki, diraihnya tubuh Yuki kedalam dekapannya dan berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Shin Hye yang juga berada disana. Nyonya dan tuan Choi segera berlari mengikuti Yong Hwa yang telah lebih dulu membawa Yuki.
“Bagaimana keadaannya dokter?” Tanya Yong Hwa saat dokter keluar dari kamar Yuki.
“Dia sudah lebih tenang tapi jangan terlalu membebaninya dengan hal-hal yang sekiranya bisa mengganggu pikirannya. Keadaan emosinya tidak stabil jadi tolong jaga kondisi pasien agar tetap tenang.”
“Ne dokter… boleh kami melihatnya.” Tanya nyonya Choi yang terlihat begitu khawatir.
“Maaf saat ini pasien hanya ingin bertemu dengan nona Park Shin Hye,” Shin Hye melangkah maju saat namanya disebut. “Apa anda yang bernama Park Shin Hye?”
“Ne.” Yong Hwa menatap Shin Hye sedih, dia tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini selama hidupnya, melihat gadis yang begitu dicintainya itu sedih karena perbuatannya.
“Kalau begitu silahkan masuk, nona Yuki ingin bertemu dengan anda.”
Shin Hye melangkahkan kakinya memasuki kamar Yuki, dilihatnya Yuki yang tengah terbaring lemah dengan mata yang masih terpejam. Ditatapnya wajah cantik Yuki yang kini terlihat begitu pucat, tidak secerah saat mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Shin Hye menggenggam tangan Yuki membuat Yuki perlahan membuka matanya.
“Eonni gumawo,” Ujar Yuki saat melihat Shin Hye sudah berada di sampingnya. “Mianhae karena telah berkata yang tidak-tidak padamu.”
Shin Hye menggeleng berusaha tersenyum melihat keadaan Yuki saat ini. “Tidak, kamu tidak salah. Kamu benar seharusnya Yong Hwa memilihmu, dia seharusnya mencintaimu bukan aku.”
“Apa maksud ucapan eonni?”
“Aku memang mencintainya tapi kamu lebih membutuhkannya.”
“Jangan mengasihaniku eonni, aku tidak suka dikasihani.” Yuki menggeleng tidak suka.
“Ani, aku tidak mengasihanimu. Kejadian ini adalah bukti bahwa Yong Hwa memang bukan ditakdirkan untukku tapi untukmu, karena Tuhan tahu kamu akan lebih membutuhkan Yong Hwa dariku.”
“Eonni…”
“Berbahagialah dengannya dan ingat jangan sekali-kali kamu mencoba mengakhiri hidupmu lagi. Hidup terlalu berarti untuk berakhir begitu saja. Lumpuh bukan berarti kita kehilangan masa depan, teruslah bersemangat menata masa depanmu. Aku yakin kamu bisa, kamu bukan gadis lemah yang akan menyerah pada keadaan.” Ujar Shin Hye, nada suaranya bergetar saat mengucapkan hal itu.”Aku pergi ne, aku akan selalu berdoa untuk kebahagianmu dan Yong Hwa.”
“Eonni… Gumawo.” Ujar Yuki sambil tersenyum. Yong Hwa memang tidak salah mencintainya, Shin Hye gadis yang baik bahkan sangat baik.
Shin Hye melepaskan tangan Yuki dan berjalan keluar kamar, menahan air mata yang semakin mendesak untuk dikeluarkan. Tubuhnya terasa lemah tak bertenaga, sesaat semua terasa begitu gelap dan hampa. Hatinya sakit, terlalu sakit saat harus melepaskan pria yang dicintainya bersama gadis lain.
“Shin Hye…” Yong Hwa yang sedari tadi berdiri di depan pintu mendengarkan pembicaraan Shin Hye dan Yuki menghampiri Shin Hye yang terlihat hampir ambruk. “Gwenchana?” Diraihnya tubuh Shin Hye memegangnya erat,
“Aku baik-baik saja, lepaskan aku.” Shin Hye berusaha berdiri melepaskan diri dari tangan Yong Hwa yang menopang tubuhnya.
“Aku antar kamu pulang.”
“Tidak perlu.” Shin Hye berjalan menjauh meninggalkan Yong Hwa tanpa menatap wajahnya.
“Aku antar kamu pulang.”
“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.” Shin Hye kembali berjalan dengan langkah tertatih.
“Aku antar kamu pulang.” Yong Hwa menggenggam tangan Shin Hye membuatnya terhenti.
“Aku bilang tidak usah ya tidak usah,” Shin Hye menghentakkan tangannya membuatnya terlepas dari genggaman Yong Hwa. “Jangan membuatku lebih sulit lagi. Jangan membuatku menahanmu untuk kembali padaku. Aku tidak mau kamu mengantarku karena aku tahu aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku setelah itu. Aku mohon biarkan aku pergi. Yuki jauh lebih membutuhkanmu dariku. Dia mencintaimu… Dia mencintaimu lebih besar dari aku, jaga dan rawat dia dengan baik.”
“Shin Hye-ya…..”
“Aku mohon biarkan aku pergi. Selamat tinggal Yong Hwa.” Shin Hye segera berlari pergi meninggalkan Yong Hwa yang masih berdiri kaku di tempatnya. Semua ini memang salahnya. Shin Hye harus menderita karena, di satu sisi Yuki juga membutuhkannya apa yang bisa dilakukannya?.
=0o0=
@PenerbitQanita. Bandara Incheon terlihat ramai seperti biasa dengan ratusan orang yang berlalu-lalang. Disudut ruang tunggu terlihat gadis bertubuh mungil itu kembali menaikkan kacamata hitamnya yang merosot turun di hidungnya. Tatapannya menerawang entah kemana. Terlihat keletihan diwajah cantiknya yang berusaha ditutupinya dengan kacamata hitam yang dikenakannya.
“Apa kamu yakin dengan semua ini?”
“Ne appa aku yakin, aku tidak ingin tinggal di Korea lagi. Aku ingin melupakan semuanya dan satu-satunya cara adalah dengan meninggalkan Korea.”
“Appa akan sangat merindukanmu.”
“Nado appa,” Ujar Shin Hye, ditatapnya wajah Ki So… pria paruh baya yang telah menjaganya selama ini, pria ini juga yang membuatnya bisa berpikir dengan tenang setelah apa yang terjadi pada hubungannya dengan Yong Hwa.
Shin Hye melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 08.30. “Appa harus menjaga diri ne jangan lupa makan dan istirahat. Mungkin aku tidak bisa mengunjungi Appa di sini tapi Appa harus berjanji akan mengunjungiku di Jepang nanti.”
“Tentu saja, Appa akan sering mengunjungimu disana, jangan lupa telpon Appa begitu kamu tiba di Jepang.”
“Ne Appa, aku mencintaimu.” Shin Hye memeluk Ki So erat, berat memang harus meninggalkan ayahnya sendiri tapi dia tidak akan sanggup bertahan di Korea saat hatinya bahkan tidak bisa di tolong lagi. Ini satu-satunya jalan yang harus di tempuhnya, pergi meninggalkan Korea dan melupakan semua kenangan saat dia berada di Korea.
“Nado chagi, Pergilah dan hati-hati.” Ki So melepaskan pelukannya ditubuh Shin Hye dan menatap Shin Hye sedih. “Hati-hati ne.” Ujarnya sambil mengusap kepala Shin Hye lembut. Satu-satunya yang diinginkannya adalah membuat Shin Hye bahagia, dan dia akan melakukan apapun untuk itu.
Shin Hye menatap keluar jendela, melihat Korea yang semakin terlihat begitu kecil saat pesawat yang ditumpanginya perlahan naik sampai batas maksimal yang diharuskan. Air matanya kembali mengalir dengan deras membasahi wajah cantiknya. Hatinya terasa sangat sakit saat dia harus menerima kenyataan pria yag dicintainya bersama gadis lain. Dia memang telah melepaskan Yong Hwa bersama Yuki tapi apa salahnya kalau dia menangis setiap mengingat apa yang terjadi. Shin Hye mengusap air matanya yang sejak semalam membuat matanya bengkak, ditatapnya foto Yong Hwa di ponselnya yang diambilnya secara diam-diam saat di kelas, dia tidak akan menghapusnya, dia akan menyimpan foto ini, menyimpan satu-satunya kenangannya tentang Yong Hwa.
“Suatu saat nanti jika kita berumur panjang kita akan bertemu lagi Yong, suatu saat nanti. Tapi hanya untuk bertemu bukan untuk mengobati kerinduan dan mengatakan betapa kita saling mencintai… hanya untuk bertemu tanpa ada makna sedikitpun. Aku mencintaimu Yong Hwa dan akan selamanya seperti itu. Berbahagialah untukku. Saranghae Jung Yong Hwa.”
END
Aaahh sad deh, mianhae readers. Aku janji bakalan buat after storynya di blog setelah menyelesaikan ff yang lainnya. Mohon bantuannya dan termakasih buat yang sudah membaca jangan lupa komennya ya, Arigatou!!.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar